Tuesday, January 31, 2012

Iman Hijrah dan Jihad : Kedatangan Nabi Muhammad S.A.W. di Quba

Sebelum Nabi Muhammad.s.a.w sampai ke Madinah, maka kaum Muslimin disana telah mendengar kabar bahwa Nabi telah pergi meninggalkan Mekah menuju Yatsrib. Oleh sebab itu pada tiap-tiap hari mereka selalu mengaharap-harap dan menanti-nanti kedatangan beliau. Karena itu besarnya harapan mereka maka pada tiap-tiap hari sebagian dari mereka pergi bersama-sama ke suatu tempat atau kampung yang menjadi jalan untuk pergi ke Mekah, yang letaknya beberapa mil jauhnya dari kota Yatsrib (Madinah), dengan maksud hendak menyongsong kedatangan beliau. Tiap-tiap pagi mereka pergi ke kampung itu, dan apabila sampai siang hari belum ada tanda-tanda datangnya Nabi, mereka lalu pergi dan berteduh di suatu tempat lainnya, dan apabila sampai petang hari belum juga ada tanda-tanda datangnya beliau, mereka lalu pulang kembali ke Madinah.

Pada suatu hari pada waktu siang hari, pada saat matahari sedang memancarkan panasnya ke bumi, Nabi Muhammad s.a.w dan sahabat Abu Bakar telah sampai dan datang di suatu tempat yaitu kampung Quba' namanya. Waktu itu di antara penduduk kampung Quba' sudah banyak yang memeluk Islam. Tetapi tak seorangpun dari mereka sudah mengenal akan wajah Nabi Muhammad s.a.w dan Abu Bakar. Begitu juga mereka yang datang dari Yatsrib dengan maksud menyongsong kedatangan beliau, tidak seorangpun dari mereka telah mengenal Nabi Muhammad dan atau Abu Bakar. Sehingga mereka sekalian sama sekali belum mengetahui bahwa Nabi telah datang dan sedang berteduh di bawah sebatang pohon kurma. Waktu itu ada seorang Yahudi yang mengetahui bahwa dua orang yang sedang berteduh di bawah pohon kurma itu dan kedua-duanya berpakaian serba putih itu, ialah Nabi dan sahabatnya, yang sedang diharap-harap kedatangannya oleh kaum Muslimin. Maka itu seketika itu jugaa ia lalu naik ke suatu tempat tinggi, dan berteriak-teriak sekeras-kerasnya memanggil-manggil orang dari Madinah yang bermaksud menjemput itu :

''Hai orang-orang 'Arab! Itulaah orang yang kami harap-harap dan kamu nanti-nanti kedatangannya telah datang!''

Demikianlah teriak orang Yahudi itu berulang-ulang.

Dengan segera merekaa yang berniat menjemput itu berlari-lari menuju ke tempat Nabi berteduh. Dan sampai mereka di sana, tahulah mereka bahwa di sana memang ada orang-orang dari luar kota yang baru datang dan sedang beristirahat di bawah pohon kurma. Tetapi mereka tidak mengetahui, yang manakah dari orang-orang itu seorang yang kedatangannya mereka nanti-nanti. Orang-orang Muslim dari Quba pun datang berduyun-duyun di tempat tersebut. Waktu itu yang mereka beri hormat adalah sahabat Abu Bakar, karena mereka menyangka bahwa barangkali dialah yang selama ini mereka nanti-nanti, dan bahwa Nabi itu kawannya. Maklumlah, mereka sama sekali belum mengenal wajah Nabi dan Abu Bakar.

Karena sahabat Abu Bakar mengerti bahwa sangkaan mereka itu keliru maka dengan segera mengibar-ngibarkan rida' (selendang) nya lalu meneduhi Nabi Muhammad s.a.w. dengan selendang tersebut. Dengan itu barulah mereka mengerti bahwa orang yang dinanti-nanti itu ialah oraang yang di teduhi itu, yaitu Nabi Muhammad s.a.w. Hari itu adalah hari Itsnain (Senin) 12 Rabi'ul Awwal tahun 13 dari tahun kenabian beliau, atau tahun ke 53 dari kelahiran beliau. Adapun berangkatnya dari Mekah adalah permulaan bulan Rabi'ul awwal tersebut. (Menurut keterangan Mahmud Pasya Al-Falaqy, seorang ulama ahli falaq terkenal di Mesir, bahwa hari kedatangan Nabi Muhammad s.a.w. di Quba' itu adalah bertepatan dengan 20 September tahun 622 Maasehi. Demikianlaah tersebut dalam kitab Nurul Yaqin)

Selanjutnya kepada Nabi Muhammad s.a.w. oleh kaum Muslim di majukan permintaan supaya beliau berhenti beberapa hari di Quba', dan permintaan itu di kabulkan oleh beliau, dan beliau lalu singgah dan berdiam di rumah seorang Muslim (seorang sahabat Anshar) yang ternama di kampung Quba' yang namanya Kaltsum bin Hadam dari pada keluarga keturunan 'Amr bin 'Auf dari golongan Aus. Adapun sahabat Abu Bakar berdiam di rumah seorang yang namanya Habib bin Asaf dari keturunan Harits golongan Khazraj. Dan apabila ada orang-orang yang hendak bertemu dengan Nabi, beliau keluar dari rumah Kaltsum tersebut dan pergi ke rumah seorang yang bernama Sa'ad bin Khaitsamah.

Sebelum Nabi Muhammad berangkat hijrah ke Madinah, Nabi telah berpesan kepada sahabat 'Ali r.a. bahwa apabila barang-barang kepunyaan orang lain yang dititipkan kepada beliau telah selesai di kembalikan kepada yang empunya masing-masing, maka hendaklah 'Ali menyusul berhijrah ke Madinah bersama keluarga Nabi.

Oleh sebab itu sesudah 'Ali menunaikan pesanan Nabi mengembalikan barang-barang itu, dengan diam-diam berangkatlah ia bersama-sama dengan keluarga Nabi serta keluarga sahabat Abu Bakar. Di antara mereka ini ialah Fathimah, Ummu Kaltsum, Saudah, Ummu Aiman dan anaknya yang bernama Usamah, Ummu Ruman (isteri Abu Bakar) dan anak-anaknya yang bernama 'Aisyah, Asma' dan Abdullah dan orang-orang Muslim yang dha'if-dha'if.

Mereka ini berhijrah ke Madinah dengan berkendaraan unta. Dan oleh karena kekurangan kendaraan, terpaksa 'Ali berjalan kaki mengiringkan kendaraan-kendaraan yaang di naiki oleh keluarga Nabi dan keluarga Abu Bakar. Selama perjalanan, pada siang hari mereka berhenti dan bersembunyi, dan jika malam hari telah tiba, mereka berangkat dan berjalan lagi, yang demikian itu dengan maksud agar supaya perjalanan mereka tidak sampai di ketahui oleh musuh yaitu kaum Musyrikin Quraisy, yang jika mengetahuinya tentu akan menghalangi-halangi perjalanan itu. Maka setelah mereka sampai di Quba' dengan selamat, tahulah bahwa kaki 'Ali bengkak-bengkak dan banyak mengeluarkan darah, di sebabkan dari jauhnya perjalanan. Maka dari itu Nabi Muhammad memohon kepada ALLAH, mudah-mudahan bengkaknya kaki 'Ali lekas di sembuhkan , sambil beliau dengan ke dua tangan beliau mengusap kaki 'Ali. Dan seketika itu juga, ALLAH mengabulkan permohonan Nabi, dan dengan segera lenyaplah kesakitan kaki sahabat 'Ali yang bengkak itu.

Nabi Muhammad s.a.w dan sahabat Abu Bakar berdiam di Quba selama lebih dari sepuluh hari sepuluh malam (menurut riwayat yang tersebut dalam shahih Muslim, selama empat belas hari empat belas malam). Dalam tempo selama itu di Quba' mendirikan sebuah Masjid (tempat bersembahyang). Adapun tanah yang di pergunakan untuk mendirikan masjid itu ialah tanah kepunyaan Kaltsum bin Hadam juga. Yang pertama kali meletakkan batu ialah Nabi Muhammad s.a.w. lalu beliau menyuruh sahabat Abu Bakar supaya meletakkan batu, lalu sahabat Umar, lalu sahabat Utsman. Kemudian yang pertama kali menemboknya ialah sahabat 'Ammar bin Yasir r.a. Selanjutnya pembuatan masjid di kerjakan bersama-sama oleh para sahabat Muhajirin dab Anshar. Masjid inilah masjid yang pertama-tama didirikan oleh Nabi Muhammad s.a.w. dan masjid yang pertama-tama di dunia Islam, dan masjid inilah yang di sebutkan dalam kitab suci Al-Qur'an dengan nama masjid Taqwa, yang hingga kini masih terkenal dengan nama masjid Quba'. (Masjid Quba itulaah yang di maksud oleh Al-Qur'an dengan nama Masjid ''At-Taqwa sebagaimana dalam Al-Qur'an surat At-Taubah ayat 109. Keterangan ini adalah keterangan dari sahabat Ibnu 'Abbas r.a. dan lain-lainnya bersandar atas sabda Nabi Muhammad s.a.w.)

Monday, January 30, 2012

Shalawat Nabi Muhmmad S.A.W. : Shalawat kepada Nabi Muhammad s.a.w. menjadi sebab diampuninya dosa.

Bacaan shalawat memiliki banyak kelebihan dibanding dengan bacaan dzikir lain. Orang yang membacanya akan mendapatkan syafaat dan juga dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT. Inilah keuntungan ganda yang diperoleh bagi orang yang suka membaca shalawat pada Nabinya.
Hasan Basri meriwayatkan : "Aku pernah bermimpi melihat Abu Ishmah, lantas aku bertanya kepadanya 'Hai Abu Ishmah, apa yang telah diperbuat Allah kepadamu ?' Abu Ishmah menjawab 'Allah telah mengampuni aku'. Hasan Basri lantas bertanya 'Dengan amalan apa?' Jawabnya 'Tidak ada satu haditspun yang aku sebutkan melainkan aku ucapkan shalawat untuk Nabi SAW'.
Dengan mengucapkan shalawat sebelum mengucapkan suatu hadits menyebabkan Abu Ishmah diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT.
Abdurrahman bin Auf meriwayatkan bahwa

Rasulullah SAW telah bersabda : "Jibril telah datang kepadaku seraya berkata 'Ya Muhammad, tidak ada seorangpun yang membaca shalawat untukmu, melainkan dimohonkan ampun oleh 70.000 malaikat.

Barangsiapa didoakan oleh para malaikat, maka dia tergolong penghuni surga'".
Rasulullah SAW bersabda: "Shalawat kepadaku akan menjadi nur/cahaya ketika melintasi shirath. Barang siapa membaca shalawat kepadaku pada Hari Jum'at 80 kali, maka diampuni dosa-dosanya selama 80 tahun".
Ada seorang lelaki dari penduduk Syiraz dalam tidurnya mimpi bertemu Ahmad bin Manshur yang sudah meninggal, ia mengenakan perhiasan, kepalanya bermahkota penuh dengan permata. Laki-laki itu lantas bertanya : "Apa yang dilakukan Allah untuk membalas amalmu?"
Ahmad bin Manshur menjawab: "Allah telah mengampuni dosaku, memuliakan aku, memberi mahkota padaku dan memasukan aku ke surga".
Lelaki itu bertanya lagi: "Amalan apa yang bisa menyebabkan kamu memperoleh derajat yang mulia ini?".
Ahmad bin Manshur menjawab: "Lantaran aku sering membaca shalawat pada Nabi SAW".
Sabda Rasulullah SAW : "Barang siapa bershalawat untukku 3x sehari, dan 3x semalam karena cinta dan rindu kepadaku, maka pastilah Allah mengampuni dosa-dosanya pada hari itu dan dosa-dosanya pada malam itu". ( HR:Abu Kahil )
Abu Bakar Ash-Shidiq berkata : "Bershalawatlah kepada Nabi SAW itu lebih mampu menghapuskan dosa-dosa daripada air yang sejuk terhadap api. Mengucapkan salam kepadanya itu lebih utama daripada memerdekakan budak".
Rasulullah SAW bersabda : "Barang siapa membaca shalawat padaku 100x pada Hari Jum'at maka Allah mengampuni dosa-dosanya itu sebanyak buih lautan".
Dengan dihapusnya dosa-dosa bagi pembaca shalawat, maka dengan sendirinya mempermudah jalan masuk surga

Shalawat Nabi Muhmmad S.A.W. : Bagaimanakah Nabi Muhammad s.a.w. mengenal umatnya?

Semua amal perbuatan manusia di alam ini akan dimintai pertanggung-jawabannya di hadapan Allah SWT kelak. Dari sekian banyak jenis amal ibadah yang dilakukan oleh manusia ada amal ibadah tertentu yang bisa dipakai oleh Rasulullah SAW untuk mengenali umatnya, yaitu shalawat.
Shalawat bisa dijadikan barometer untuk mengukur kadar kecintaan seseorang terhadap Nabi
Muhammad SAW. Jauh dekatnya seorang muslim dengan nabinya dapat dilihat dari sedikit banyaknya ia dalam membaca shalawat. Orang yang paling dekat dengan Rasulullah adalah orang yang banyak membaca shalawat kepada nabinya.
Alkisah, ada seorang zuhud bermimpi melihat Nabi SAW. Orang itu menghadap kepada beliau tetapi beliau tidak memperdulikannya., maka si zuhud bertanya "Ya Rasul, apakah engkau marah kepadaku?". "Tidak" , jawab Nabi SAW.
Si zuhud tadi lantas bertanya, "Apakah engkau tidak mengenalku, padahal aku adalah Fulan, orang yang zuhud?".
"Aku tidak mengenalmu", kata Nabi.
Kemudian ia berkata, "Ya Rasulullah, aku pernah mendengar para ulama berkata bahwa Nabi SAW mengenal umatnya sebagaimana ibu bapak mengenal anaknya".
Maka beliau bersabda, "Benar apa yang dikatakan para ulama itu, bahwa aku lebih mengenal umatku daripada ibu bapaknya, yaitu mereka yang membaca shalawat kepadaku".
Hadits Riwayat At-Tarmidzi meriwayatkan bahwa Rasullullah pernah bersabda : "Sesungguhnya orang yang paling mulia/dekat denganku kelak di hari kiamat adalah orang yang paling banyak membaca shalawat kepadaku".
Dengan demikian, rugi besar bila seseorang tidak mau membaca shalawat kepada Rasulullah SAW, atau membaca shalawat tetapi alakadarnya saja tanpa disertai niat yang ikhlas dan kemauan yang kuat untuk bisa berkumpul dengan Rasulullah SAW kelak di akhirat

Shalawat Nabi Muhammad S.A.W. : Akan Sampaikah Shalawat pada Nabi Muhammad s.a.w?

Benarkah shalawat yang kita baca bisa sampai kepada Nabi SAW ? Dan bagaimanakah shalawat itu bisa sampai pada Beliau? Berikut ini kami sampaikan beberapa hadits yang mungkin bisa menjadi dasar tentang pentingnya bershalawat.
Orang yang membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, shalawatnya langsung diterima oleh beliau. Karena beliau mengetahui siapa orang yang membaca shalawat kepadanya. Semakin sering bershalawat maka makin dikenal oleh beliau.

Sebaliknya makin tidak bershalawat maka Nabipun makin tidak mengenalnya. Meskipun dia mengaku sebagai umat Muhammad SAW, tapi cuma umat dalam artian yang bersifat umum, bukan mengenal secara pribadi Nabinya. Nah, shalawat inilah sarana untuk mengenal beliau secara pribadi. Demikian pula beliau bisa mengenal dirinya.
Ibnu Hasyim pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Perbanyaklah kalian membaca shalawat untukku pada malam yang terang dan hari yang cerah, karena kedua.-duanya menyampaikan shalawat kalian. Dan sesungguhnya bumi itu tidak akan memakan jasad para Nabi. Tidal ada seorang muslim pun yang membaca shalawat untukku, kecuali ada satu malaikat yang membawakan shalawatnya itu hingga disampaikannya kepadaku dan dia sebutkan namanya, sampai malaikat itu berkata 'bahwa si fulan berkata begini dan begini' ".
Riwayat Abu Darda : Rasulullah bersabda : "Perbanyaklah membaca shalawat untukku pada Hari Jum'at, karena Hari Jum'at itu adalah hari yang disaksikan para malaikat. Dan tidak seorang pun yang bershalawat untukku kecuali shalawatnya dibawa kehadapanku, sehingga dia usai dari shalawatnya".
Sabda Nabi SAW : "Perbanyaklah kalian membaca shalawat kepada nabi kalian setiap Hari Jum'at, karena sesungguhnya aku menyaksikannya darimu pada setiap Hari Jum'at" .
Abu Hurairah meriwayatkan dari Amar bin Yasir bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : "Sesungguhnya Allah telah menciptakan satu malaikat yang mampu menangkap suara seluruh perkataan mahluk. Ia berdiri tegak di atas makamku sampai hari kiamat. Maka tiada satupun dari umatku yang membaca shalawat kepadaku kecuali ia sebut nama orang tadi dan ayahnya di hadapanku, seraya berkata : 'Wahai Muhammad, Fulan bin Fulan telah membaca shalawat kepadamu'".
Aus bin Aus berkata bahwa Rasulullah SAW telah bersabda : "Sebaik-baik hari adalah Hari Jum'at, maka perbanyaklah membaca shalawat di hari itu karena bacaan shalawatmu itu dihidangkan kepadaku". Sahabat lantas bertanya : "Bagaimanakah dihidangkan shalawat kami sedangkan engkau telah menjadi tanah bubuk?". Beliau menjawab : "Sesungguhnya Allah mengharamkan atas bumi memakan jasad para Nabi".
Jadi kesimpulannya adalah shalawat yang dibaca oleh seseorang dari umat Muhammad SAW, pasti langsung diserahkan kepada beliau. Dengan demikian beliau tahu dan mengenal siapa pun yang bershalawat kepadanya

Saturday, January 28, 2012

Iman Hijrah dan Jihad : Wahyu-wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w ketika berangkat hijrah

Menurut keterangan-keterangan yang telah termaktub di dalam kitab-kitab tafsir dan kitab-kitab tarikh, sebelum Nabi Muhammad s.a.w berangkat hijrah ke Madinah, ALLAH menurunkan wahyu kepada beliau yang bunyinya :

''waqul rabbi adkhilnii mudkhala shidqin wa-akhrijnii mukhraja shidqin wa j'al lii min ladunka sulthaan nashiiraan.''
''Dan katakanlah(Muhammad): "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku darisisi Engkau kekuasaan yang menolong.'' (Al-Qur'an surat Al-Isra' ayat 80)

Kemudian, sesudah itu Nabi Muhammad s.a.w. berangkat meninggalkan Mekah, di tengah perjalanan beliau kerap kali menerima wahyu dari hadlirat TUHAN, wahyu-wahyu yang berisi penghibur, penggirang hati beliau, dan juga yang mengandung riwayat-riwayat perjalanan Nabi-nabi dan Rasul-rasul Tuhan yang terdahulu sebelum beliau di bangkitkan. Yang demikian itu dengan maksud sebagai peringatan dan cermin perbandingan bagi beliau, agar supaya hati beliau bertambah tetap dan teguh. Dan dari antara wahyu-wahyu yang di turunkan kepada beliau pada waktu itu adalah yang bunyinya demikian :

''innaalladzii faradha 'alaykalqur- aana laraa dduka ilaa ma' aa din.''
''Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur'an, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali.''(Al-Qur'an surat Al-Qashash ayat 85)

Menurut keterangan-keterangan, sahabat Ibnu 'Abbas dan para ahli tafsir, maksud ayat itu ialah : bahwasanya TUHAN yang menetapkan atau menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad s.a.w. ialah yang akan mengembalikan beliau ke tempat kembali, atau pulang ke tempat semula, yaitu Mekah. Yakni : Sesudah Nabi Muhammad s.a.w. berhijrah ke Madinaha, beberapa tahun kemudian beliau akan kembali ke Mekah. Dan ada pula wahyu yang bunyinya :

''wa-in kaa duu layastafizzuunaka minal ardhi liyukhrijuuka minhaa wa-i dzan laa yalbatsuuna khilaa faka illaa qaliilaan.''

''Dan sesungguhnya benar-benar mereka hampir membuatmu gelisah di negeri (Mekah) untuk mengusirmu daripadanya dan kalau terjadi demikian, niscaya sepeninggalmu mereka tidak tinggal, melainkan sebentar saja.''

Ayat ini berarti, bahwa kaum Musyrikin pada masa itu hampir saja mengejutkan dan menggertak Nabi, karena mereka hendak mengusir beliau dari Mekah, tanah tumpah darah beliau tetapi mereka tidak dapat sampai berbuat begitu, TUHAN telah memerintahkan kepada beliau supaya lekas hijrah ke Madinah. Sungguhpun begitu, tidak lama sepeninggal beliau dari Mekah, dalam waktu yang singkat, mereka akan sudah di binasakan oleh TUHAN (dikalahkan oleh kaum Muslimin dalam peperangan Badar)

Demikianlah di antara wahyu-wahyu yang di turunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. pada waktu itu.

Friday, January 27, 2012

Iman Hijrah dan Jihad : Berhijrah wajib dengan ikhlas

Sebagai akhir uraian tentang ''hijrah'' baiklah di jelaskan tentang syarat pokok bagi tiap-tiap orang yang berhijrah. Yang di kehendaki dengan syarat pokok itu ialah ''IKHLAS'' karena ALLAH jua dan karena taat kepada pimpinan Rasul-Nya.

Nabi bersabda :

''Wahai segenap manusia, bahwasanya semua amal itu dengan niat dan bahwasanya bagi seseorang itu apa yang ia niatkan. Oleh sebab itu barang siapa hijrahnya adalah kepada ALLAH dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada ALLAH dan kepada Rasul-Nya ; dan barang siapa yang hijrahnya adalah kepada dunia yang ia ingin memperolehnya, atau kepada seseorang perempuan yang ia ingin mengawininya, maka hijrahnya kepada apa yang ia berhijrah kepadanya.'' (hadits riwayat Al-Bukhary, Muslim dan lain-lainnya dari sahabat Umar bin Al-Khaththaab r.a

Tentang sebab-sebab Nabi Muhammad s.a.w bersabda seperti yang tertera itu. Sepanjang riwayat yang di riwayatkan oleh para imam ahli hadits adalah sebagai berikut :

Tatkala Nabi Muhammad s.a.w sampai di Madinah dalama keadaan selamat sentosa mengerjakan hijrah beserta para sahabatnya untuk memenuhi tuntutan ALLAH, maka beliau bersabda dengan hadits yang tersebut itu, dengan tujuan penyelesaian 'amal hijrah, satu 'amal yang berat itu, agar semua orang yang telah berhijrah dapat memeriksa dan meneliti dirinya masing-masing, kalau-kalau ada di antara mereka itu niat hijrahnya tidak sesuai, yang menyebabkan hijrahnya tidak di terima oleh ALLAH. Kebetulan di kala itu ada seorang lelaki yang turut berhijrah ke Madinah, tetapi bukanlah karena ALLAH dan bukan karena menurut perintah Rasul-Nya, melainkan tertarik dengan seorang perempuan yang bernama Ummu Qais. Lantaran lelaki itu tidak dapat mengawininya di Mekkah, dan di harapkan olehnya kalau-kalau dapat mengawininya di tengan perjalanan atau setelah sampai di Madinah. Dan lebih tegas tentang ini di riwayatkan olah Ath-Thabaraany dari A'masy, yang artinya demikian :

''Adalah di antara kami (para sahabat) seorang lelaki yang telah meminang seorang perempuan yang bernama Ummu Qais, tetapi perempuan itu menolak, tidak mau di kawini, kecuali lelaki itupun berhijrah, kemudian ia mengawini perempuan itu. Kata A'masy : maka adalah kami menamai hijrahnya lelaki tadi dengan nama hijrah Ummu Qais.''

Dengan hadits yang tersebut itu jelas, bahwa orang yang berhijrah itu wajib karena menurut perintah ALLAH dan perintah Rasul-Nya semata-mata. Dengam demikian, maka hijrahnya itu adalah karena ALLAH dan karena Rasul-Nya. Jika seorang yang hijrahnya bukan karena ALLAH dan bukan karena Rasul-Nya, maka hijrahnya itu menurut apa yang dihijrahi. Yakni karena keduniaan, maka keduniaan itulah yang akan di perolehnya. Atau dengan perkataan lain : Hijrah yang telah di kerjakan itu tidak akaan memperoleh pahala dari ALLAH.

Wednesday, January 25, 2012

Iman Hijrah dan Jihad : Mengapa Hijrah tetap diperintahkan?

Pertanyaan yang serupa sepatutnya tidak kami perlu kami adakan, tetapi oleh karena pada masa-masa akhir ini di antara kaum Muslimin yang sudah banyak di pengaruhi atau terpengaruh oleh kemewahan duniawi, kadang-kadang lalu mencari pertanyaan yang bukan-bukan, antara lain soal ''Hijrah'' juga biasa di tanyakan, maka baiklah kami kami uraikan sekedarnya.

Di posting sebelumnya telah kami uraikan tentang tingkatan ''hijrah'' sepanjang petunjuk syariat. Dan sekedar untuk menjawab pertanyaan seperti yang tersebut itu, maka kami kutipkan uraian Syaid Muhammad Rasyied Ridha (Pengarang tafsir Al-Manaar yang pernah di uraikan dalam tafsirnya. Kata beliau dalam mentafsiri Sura An-Nisa ayat 97-100 :
''Sesungguhnya telah di ketahui dari keterangan ayat ini dan ayat-ayat lain yang bersangkut paut dengan ayat hijrah, dan di tambah lagi dengan keterangan hadits-hadits dan sunah yang pernah di lakukan oleh kaum Muslimin di masa permulaan Islam, bahwa ''hijrah'' itu di syariatkan karena mengandung tiga sebab dan hikmah. Dua dari antara bergantung dengan perseorangan, dan yang ketiga tergantung dengan jama'ah (himpunan ummat).''
Adapun lebih jelasnya sebagai berikut :

Pertama, bahwa sesungguhnya tidak harus bagi seorang muslim tetap tinggal di tempat (negara) yang dalam negara itu ia terhina dan tertindas dalam mengerjakan perintah-perintah agamanya atau tidak ada kemerdekaan menjalankan syiar-syiar agamanya. Maka tiap-tiap orang Islam dalam negeri itu dapatlah dikatakan terganggu dalam mengerjakan perintah-perintah agamanya atau terlarang menegakkan hukum-hukum agamanya. Oleh karena yang sedemikian itulah wajib ia berhijrah ( berpindah ) meninggalkan negara itu ke negara (tempat) yang sekiranya di negara itu ia dapat mengerjakan perintah-perintah agamanya dan dapat menegakkan hukum-hukum agamanya. Jikalau ia tetap bertempat tinggal di negara yang ia tidak dapat melakukan kewajiban-kewajiban agamanya, maka tetap atasnya berdurhaka dan teraturlah atas dirinya beberapa kedurhakaan yang tidak dapat di hitung terkecuali jika ia dalam negara itu dapat menegakkan kewajiban-kewajiban agamanya.

Kedua, untuk menempuh atau mempelajari agamanya yang telah di peluknya, maka tidaklah seharusnya seorang Muslim yang betempat tinggal di tempat (negara) yang di dalam negara itu ia tidak dapat mempelajari pengetahuan-pengetahuan agamanya dengan arti kata yang sesungguhnya, karena dari tidak adanya ulama pun di dalamnya. Oleh sebab ini, sebagai seorang muslim, ia wajib berhijrah (berpindah) ke tempat (negara) yang kira-nya ia dapat mempelajari agamanya dengan arti kata yang sesungguhnya. Jika ia tidak berhijrah, maka tetaplah ia berdosa. Sebab yang pertama dan yang kedua inilah yang bergantung dengan perseorangan masing-masing orang Islam.

Ketiga, yaitu yang bergantung dengan orang banyak (Jama'ah). Wajiblah atas segenap umat Islam mendirikan atau membina satu perhimpunan atau pemerintahan yang kokoh kuat guna mengembangkan dakwah Islam, menegakkan hukum-hukumnya dan peraturan-peraturannya dan guna memeliharakan pimpinannya serta guna melindungi segenap penyeru (propagandis)nya dari perbuatan orang-orang yang dhalim dan keganasan para musuh Islam. Jika ada satu perhimpunan atau pemerintahan Islam itu lemah serta timbul ketakutan akan di serang oleh musuh Islam, maka wajiblah atas segenap umat Islam yang ada di mana saja dan yang dalam keadaan bagaimanapun menguatkannya dengan kekuatan apapun juga, sehingga kokoh kuatlah dan tegaklah mereka itu untuk menghadapi lawan, dan kewajiban itu tidaklah dapat di hapuskan, walau bagaimana juga jauhnya, karena kewajiban itu adalah suatu kewajiban yang tidak dapat di tawar-tawar lagi. Jika tidak di kerjakan dengan arti yang sebenarnya, maka berartilah bahwa mereka itu suka serta ridha akan ke-dhaifan Islam dan menolong para musuh Islam guna menghancur-binasakan dakwahnya dan agamanya.

Selanjutnya Penafsir Al-Manaar menegaskan di akhir uraiannya. Bahwa sesungguhnya ''Hijrah'' itu wajib selamanya dengan salah satu sebab dari tiga sebab itu, sebagaimana wajib safar (berangkat) untuk berjihad apabila telah terang-nyata sebabnya, dan lebih kokoh kewajiban jihad itu untuk melawan orang kafir yang menjajah negara-negara Islam dan memerintah atas kaum Muslimin.

Demikianlah di antara sebab-sebab yang menyebabkan bahwa hijrah tetap di perintahkan dan hukum wajib berhijrah tetap berlaku atas dan dalam lingkungan kaum Muslimin yang hidup di muka bumi, selama kaum kafirin dan musyrikin tetap bersikap dab berlaku suka menfitnah dan merintangi Islam dan kaum Muslimin.

Saturday, January 21, 2012

Iman Hijrah dan Jihad : Apakah perintah Hijrah tetap berlaku dan wajib di kerjakan oleh kaum Muslimin di sepanjang masa

Di post sebelumnya telah diuraikan tentang arti ''Hijrah'' menurut syariat, yakni hijrah yang di perintahkan oleh ALLAH kepada segenap kaum Muslimin, dan perintah hijrah itu telah dikerjakan oleh kaum Muslimin di zaman Nabi Muhammad s.a.w, dengan seksama. Sekarang timbul pertanyaan : Apakah perintah hijrah itu tetap berlaku dan wajib di kerjakan oleh kaum Muslimin di sepanjang masa ataukah terbatas dalam lingkungan kaum Muslimin yang hidup di zaman Nabi Muhammad s.a.w.

Pertanyaan yang sedemikian itu tidaklah akan mungkin terjawa oleh siapapun, melainkan oleh Al-Qur'an sendiri dengan penjelasan dari Nabi Muhammad s.a.w, dalam Al-Qur'an kalau di selidiki benar-benar terdapatlah beberapa puluh ayat yang berisi uraian tentang ''hijrah'' atau lebih dari 30 kali perkataan ''hijrah'' atau pecahan dari perkataan yang berartu ''hijrah'' yang terkandung di dalam ayat-ayatnya. Di antara ayat yang mengandung perkataan ''hijrah'' ialah ayat yang tertera di atas itu, dan diantaranya lagi ialah ayat yang berbunyi sebagai berikut :

''Innalladziina amanuu walladziina haajaruu wa jaahaduu fii sabiilillahi ulaika yarjuuna rahmatallah, wallahu ghafuururrahim.''

''Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berhijrah dan berjihad di dalam jalan ALLAH, mereka itulah yang boleh mengharap rahnat ALLAH, dan ALLAH Maha Pengampun dan Maha Penyayang. (Al-Baqarah ayat 218)

Dalam ayat ini jelas terkandung satu petunjuk, bahwa orang-orang yang boleh menghara Rahmat ALLAH atau yang penuh keinginan memperoleh rahmat dari-Nya, ialah mereka yang telah mempunyai tiga syarat yang terjalin, yaitu : Telah Beriman, Telah Berhijrah dan Telah Berjihad di jalan Allah. Dengan perkataan lain : Apabila ketiga syarat itu telah sempurna di lakukan oleh mereka, maka barulah mereka itu berhak menaruh suatu pengharapan bahwa mereka itu boleh menharap-harapkan rahmat dari hadlirat ALLAH. Perkataan ''Mengharap'' itu belum berarti pasti mendapat. Tegasnya : Jika tiga syarat yang terjalin kurang, maka dengan sendirinya hak memperoleh harapan itu tidak ada, dan keinginan akan memperoleh rahmat dari hadlirat ALLAH tentu semakin jauh.

Dengan keterangan yang sesingkat ini jelas, betapa penting kedudukan ''Hijrah'' dalam Islam, karena ia menjadi syarat kedua bagi orang-orang yang penuh keinginan akan memperoleh rahmat dari hadlirat ALLAH, sesudah mereka itu beriman dan sebelum mereka itu berjihad untuk membela agama ALLAH yaitu Islam.

Di samping ayat yang tersebut itu ada pula ayat-ayat lain, yang masing-masing mengandung petunjuk akan kedudukan ''Hijrah'' dalam Islam di samping kedudukan ''Jihad'' di dalamnya, dan keduanya itu untuk kepentingan pertahanan dan pembelaan terhadap fihak lawan(musuh) Islam; padahal lawan (musuh) yang akan memadamkan cahaya Islam sepanjang sunah ALLAH tidak saja ada dan terjadi di zaman Nabi Muhammad s.a.w, tetapi akan tetap ada dan terjadi di sepanjang masa dan di mana-mana tempat. Oleh sebab itu maka dengan sendirinya ayat-ayat yang mengandung keterangan dan kepantingan ''Hijrah'' itu tetap berlaku dan selalu hangat dalam lingkungan ummat Islam, selama Al-Qur'an tetap ada di tengah-tengah masyarakat kaum Muslimin di muka bumi ini.

Berhubung dengan itu, maka terhadap pertanyaan yang kami tulis di atas itu, dengan sendirinya telah terjawab; dan dalam Al-Qur'an tidak ada suatu ayat pun yang menunjukkan, bahwa perintah ''Hijrah'' itu tertentu dan terbatas dalam lingkungan kaum Muslimin yang hidup di masa Nabi Muhammad s.a.w.

Adapun hadits yang berbunyi :

''Laa hijrata ba'dal fathi walakin jihaadun wa niyah.''
''Tidak ada Hijrah lagi sesudah Fath(terbukanya Mekah), tetapi jihad dan niyat.''
(Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Dawuud, An-Nasay dan At-Turmudzy dari Ibnu 'Abbas ada pula hadits yang semakna dengan yang tersebut yang di riwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Siti 'Aisyah r.a, dan Shahih)

Yang artinya : Sesudah terbuka atau jatuhnya kota Mekah di tangan kekuasaan Nabi Muhammad s.a.w, maka tidaklah ada hijrah lagi bagi kaum Muslimin, tetapi yang tetap ada ialah jihad dan niat untuk membela dan mempertahankan agama Islam, maka tentang hadits ini perlu di jelaskan.

Hadits ini adalah berarti, bahwa ''Hijrah'' dari Mekah ke Madinah untuk pribadi Nabi Muhammad s.a.w dan segenap para sahabatnya sudah selesai, karena apa yang telah terjadi itu tentu tidak dapat diulangi. Demikian juga tentang ''hijrah'' ke Habsyi yang pernah di kerjakan oleh sebagian dari para sahabat Nabi Muhammad s.a.w, di kala itu, yang pernah terjadi sampai dua kali sebelum beliau behijrah ke madinah. Atau dengan perkataan lain : Sesudah Fathu Mekah(baca : jatuhnya kota Mekah di tangan kaum Muslimin) tidak ada lagi hijrah dari Mekah ke Madinah

Keterangan ini dikuatkan oleh dan dengan :

a. Ayat-ayat Al-Qur'an yang menerangkan tentang hijrah yang jumlahnya lebih dari tiga puluh ayat, sedang di antara ayat-ayat itu tidak ada satu pun yang mengandung keterangan, bahwa ''hijrah'' itu telah di hapuskan hukumnya. Dengan demikian, maka dapatlah di ambil kesimpulan, bahwa perintah ''Hijrah'' itu tetap berlaku terus, dan tetap menjadi syarat kedua bagi orang-orang yang telah beriman untuk mengharap rahmat ALLAH.

b. Hadits-hadits dari Nabi Muhammad s.a.w sendiri :

''Laa tanqathi'ul hijratu hatta tanqathi'al taubah.''
''Tidak berputus hijrah sehingga berputuslah taubat.''
(hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawuud dan An-Nasay dari sahabat Mu'aawiyah r.a, dan Shahih)

Tegasnya : Perintah hijrah tidaklah terputus sehingga berputuslah (tertutup) pintu taubat, yaitu hari qiyamat.
Dan hadits yang berbunyi :
''Laa tanqathi'ul hijrah maa quutilal kuffar.''
''Tidaklah berputus hijrah selama orang-orang kafir diperangi''
(Hadits ini diriwayatkan oleh An-Nasay dari sahabat 'Abdullah bin As-Sa'dy r.a, dan Shahih)

Tegasnya : Perintah hijrah itu tidaklah terputus selama ada orang-orang kafir, sehingga mereka itu di hancurbinasakan.

Dua hadits ini jelas mengandung keterangan, bahwa perintah atau hukum ''Hijrah'' itu tetap berlaku sampai hari qiyamat

C. Hingga hari ini tidak ada seorang ulama Islam yang mu'tabar baik dari ulama ahli tafsir ataupun ahli hadits yang menyatakan, bahwa ayat-ayat hijrah itu telah mansukh(dihapuskan) hukumnya atau di pandang tidak berlaku lagi. Bahkan para ulama ahli tarikh Islam pada umumnya dengan tegas mengatakan, bahwa ''hijrah'' yang pernah di lakukan oleh Nabi Muhammad s.a.w, dan segenap kaum Muslimin di kala itulah yang menyebabkan agama Islam hidup subur dan berkembang maju ke seluruh penjuru dunia. Oleh sebab itu, maka sudah seharusnya pimpinan(baca : Tuntunan) ''Hijrah'' yang pernah di contohkan oleh Nabi Muhammad s.a.w, dan segenap sahabatnya itu dipergunakan suri tauladan oleh kaum Muslimin yang datang di masa sesudah mereka dan selanjutnya sampai datang hari qiyamat.

Thursday, January 19, 2012

Iman Hijrah dan Jihad : Uraian tentang Hijrah Nabi Muhammad S.A.W

Sudah sepatutnya apabila sebagai penutup post Hijrah ini kami bentangkan hijrah Nabi dan kepentingannya. Sebab soal hijrah ini mengandung hikmah dan kepentingan yang besar lagi bagi ummat Islam seluruhnya, dan kita sebagai umat Islam masa kini harus memperhatikan dengan sebenar-benarnya.

Sebagai bukti bahwa soal hijrah ini mengandung hikmah-hikmah dan kepentingan-kepentingan, ialah keputusan kaum Muslimin di zaman khalifah 'Umar bin Khathab r.a. (Khalifah Rasulullah kedua) bahwa pergantian tahun Islam itu dimulai dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad s.a.w, padahal telah di ketahui bahwa pergantian tahun Arab itu tiap bulan Muharram ('Asyura), bukan bulan Rabi'ul Awal(Maulid). Tetapi khalifah Umar menetapkan dan memeutuskan dengan persetujuan sahabat-sahabat Nabi waktu itu, bahwa pergantian tahun 'Arab dan Islam dan hari buat menentukan masa itu di mulai dari hijrah Nabi Muhammad s.a.w. Hal sedemikian itu tentulah ada mengandung hikmah dan kepentingan yang telah diperoleh oleh kaum Muslimin dan Khalifahnya pada masa itu. Dan hal ini haruslah kita perhatikan dan kita fikirkan dengan seksama.

Para sahabat yang budiman! Hijrah Nabi Muhammad s.a.w, dari kota Mekah, tanah airnya dan tumpah-darahnya yang di cintainya, ke kota Madinah, kota orang lain dan keturunan lain, itu bukanlah sesuatu hal yang aneh, bukanlah sesuatu peristiwa ganjil, tetapi ada suatu hal yang telah di pastikan oleh ALLAH yang mengutus beliau, suatu kejadian yang telah berkali-kali terjadi sejak berabad-abad sebelum beliau di bangkitkan oleh ALLAH, dan suatu peraturan yang oleh ALLAH telah di kenakan terhadap Nabi-Nabi Pesuruh ALLAH sebelum Nabi Muhammad s.a.w.

Hal ini masih tercatat dalam kitab-kitaab tarikh, buku-buku sejarah dan di sebutkan pula dalam Al Qur'an. Seperti Nabi Ibrahim berhijrah dari Kan'an ke Mekah, Nabi Ya'qub berhijrah dari Madyan ke Mesir, Nabi Musa berhijrah dari Mesir ke Syam dan demikian juga dengan Nabi dan Rasul lain-lainnya terdahulu. Oleh sebab itu selama perjalanan Nabi Muhammad s.a.w, berhijrah, sejak berangkat dari Mekah hingga sampai di Madinah, ALLAH kerapkali menurunkan wahyu kepada Beliau, wahyu-wahyu yang mengandung riwayat dari peristiwa-peristiwa yang telah di tempuh oleh para Nabi-Nabi, Rasul-Rasul ALLAH terdahulu, yang kesemuannya itu menurut peraturan ALLAH yang telah tetap.

Di posting sebelumnya telah kami terangkan bahwa sebelum Nabi memperoleh wahyu dari hadlirat ALLAH supaya berhijrah, beliau telah mendapat wahyu berupa impian bahwa beliau telah berpindah ke suatu kota yang makmur, yang mempunyai banyak kebun-kebun, taman-taman dan sebagainya, kota itu tidak lain dan tidak bukan ialah kota Madinah. Oleh sebab itu maka pada waktu itu beliau lalu menyuruh sahabat-sahabat beliau supaya berhijrah ke sana.

Dalam tarikh-tarikh Islam, Hijrah Nabi Muhammad s.a.w menjadi suatu peringatan yang penting bagi ummatnya, besar gunanya bagi para pemimpin dan penganjur, terutama pemimpin-pemimpin Islam.

Selam kurang lebih tiga belas tahun Nabi Muhammad ada di Mekah, sejak di tetapkan menjadi Pesuruh ALLAH, selama itu beliau dan para pengikutnya terus menerus mengahadapi bermacam-macam ancaman, menempuh berbagai-bagai bencana, yang di perbuat oleh fihak musuh yang sama sekali tidak sudi mendengar seruan beliau. Ancaman-ancaman dan rintangank-rintangan dari yang sekecil-kecilnya sampai yang sebesar-besarnya, dari yang sehalus-halusnya sampai yang sekasar-kasarnya, sehingga mereka tidak mengenal lagi peri kemanusiaan.

Selama itu Nabi Muhammad s.a.w selalu di beri peringatan oleh ALLAH supaya tetap teguh dan berani menghadapi ancaman-ancaman, gangguan-gangguan dan rintangan-rintangan yang di perbuat oleh musuh-musuh beliau, sebab kemuliaan itu akan di dapat oleh siapa yang berani dan tabah menderita kesukaran dan kepayahan, kemenangan akan di peroleh oleh siapa yang berani dan tabah menempuh bahaya-bahaya yang mengancam jiwanya, dan kemenangan dan kemuliaan itu ada di tangan kekuasaan ALLAH semata-mata.

Adapun kaum Muslimin pada saat itu oleh Nabi Muhammad s.a.w, di suruh mengalah, tetapi tidak dengan arti menyerah, menyerahkan diri kepada musuh. Oleh sebab itulah di antara mereka ada yang berhijrah ke daerah lain. Kemudian setelah para musuh Islam hendak membunuh ruh Islam, hendak menewaskan jiwa Nabi, barulah beliau di perintahkan berhijrah ke Madinah.

Dengan keterangan yang sesingkat diatas jelaslah bahwa Islam memberi pimpinan(baca:tuntunan) kepada sekalian pemeluknya, jika mereka telah nyata-nyata mengikut kepada ALLAH dan Pesuruhnya dan telah berkeyakinan penuh dalam hati sanubarinya, dalam segenap urat syarafnya, bahwa Islam itu agama yang sebenarnya, manakala mereka menghadapi berbagai-bagai ancaman, gangguan dan rintangan, dan bermacam-macam kesulitan dan kesukaran yang di perbuat oleh fihak yang nyata-nyata memusuhi Islam, maka mereka di perintahkan oleh ALLAH supaya bersabar(tahan uji), ikhlas serta berani dengan sebenar-benarnya membela segala apa yang telah menjadi keyakinannya, dengan jalan mengalah lebih dulu, dan jangan menyerah kepada musuh.

Dan apabila musuh mereka sudah tidak mengenal lagi akan perikemanusiaan, mereka di perintahkan supaya berhijrah ke tempat (daerah) yang jauh dari fitnah musuh, serta aman dari ancaman-ancaman dan gaangguan-gangguan mereka.

Dengan hijrah tampak kecintaan kaum Muslimin kepada Islam, dan dengan hijrah kelihatan pula kecintaan mereka kepada ALLAH serta Rasul-Nya, dari pada kecintaan mereka kepada tanah air mereka, tumpah darah mereka dan harta benda mereka masing-masing.

Kecuali itu, hijrah Nabi Muhammad s.a.w, dan kaum Muslimin waktu itu mengandung suatu peringatan yang dalam, sebab dengan hijrah tersebut bertambahlah kekuatan kaum Muslimin. Karena dengan hijrah itu kaum Muslimin akan memperoleh keamanan dan ketenteraman dalam berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan berhijrah itu kaum Muslimin akan mendapat pertolongan sepenuh-penuhnya dari Hadlirat ALLAH Yang Maha Besar, sehingga akhirnya mereka akan dapat mengalahkan musuh-musuh Islam yang bukan bandingan besarnya dan banyaknya dan kekuatannya.

Keterangan yang sesingkat ini cukuplah menjadi petunjuk ummat Islam, bahwa kemenangan dan kemuliaan akan di peroleh kaum Muslimin di tiap-tiap waktu dan masa jika kecintaan mereka kepada ALLAH dan Rasul-Nya lebih besar dari pada kecintaan mereka kepada tanah air mereka, harta benda mereka, keluarga mereka dan sebagainya.

Adapun tentang keutamaan orang-orang yang berhijrah, oleh ALLAH telah di nyatakan berulang-ulang sebagaimana tersebut dalam Al-Qur'an, yang antara lain adalah sebagai berikut :

''Dan orang-orang yang berhijrah dalam membela agama ALLAH sesudah mereka di aniaya sungguh Kami(ALLAH) akan menyediakan tempat bagi mereka yang baik-baik di dunia, dan sungguh-sungguh pembalasan akhirat lebih besar, jika mereka mengetahui. Mereka yang sama-sama bersabar(tahan uji), dan kepada Tuhan merekalah, mereka itu menyerahkan diri.'' (Al-Qur'an surat An-Nahl ayat 41-42)

Hanya sekianlah uraian tentang Hijrah Nabi Muhammad s.a.w, dan kaum Muslimin yang perlu kami hidangkan ke hadapan sidang pembaca, mudah-mudahan menjadi peringatan bagi kita umat Islam seluruhnya.(Umat Islam bangsa Indonesia)

Sunday, January 15, 2012

Iman Hijrah dan Jihad : Peristiwa-peristiwa yang Ajaib

Sebagaimana telah termaktub dalam kitab-kitab, bahwa Nabi Muhammad s.a.w dan sahabat Abu Bakar r.a, meneruskan perjalanan mereka, dan setelah mereka kira-kira tiga mil jauhnya dari tempat pertemuan mereka dengan Suraqah tadi, Nabi Muhammad dan sahabat Abu Bakar melalui kemah kepunyaan seorang yang waktu itu dikenal dengan nama Ummu Ma'bad, yaitu 'Atiqah binti Khalid. Nabi Muhammad dan sahabat Abu Bakar berhenti di tempat tersebut, hendak membeli kurma, daging dan susu pada Ummu Ma'bad, sebab Ummu Ma'bad di tempatnya yang terletak di tengah jalan itu biasanya menjual kurma dan sebagainya. Waktu itu Ummu Ma'bad sedang kehabisan semuanya, dan ia berkata kepada Nabi dan Abu Bakar : ''Demi ALLAH, seandaianya ada sesuatu yang tuan-tuan butuhkan, tentulah tidak usah tuan-tuan beli, pada saat itu Nabi melihat seekor kambing di dekat kemah 'Ummu Ma'bad dan lalu beliau bertanya kepada Ummu Ma'bad : ''Itu kambing apa, hai Ummu Ma'bad?''

Ummu Ma'bad menjawab : ''Kambing itu sedang menderita payah dan sakit.'' Memang kambing yang di tanyakan itu kelihatan kurus. Sekalipun begitu Nabi bertanya lagi : ''Adakah kambing itu mengeluarkan air susu?''

Ummu Ma'bad menjawab : ''Sudah tentu tidak tuan. Karena kalau mengeluarkan air susu, sudah tentu lebih sengsara keadaannya, bukan?''

Nabi Muhammad s.a.w berkata : ''Apakah kau memperkenankan daku jika kuperah air susunya?''

Jawab Ummu Ma'bad : ''Kalau sekiranya tuan melihat ia bersusu, maka baiklah tuan perahlah air susunya.''

Kemudian Nabi Muhammad s.a.w, mendekati kambing tersebut dan memegangnya dan dengan tangannya sendiri beliau memerah air susunya. Dan sekonyong-konyong memancarlah air susunya sebanyak-banyaknya.

Lalu meminta sebuah gelas kepada Ummu Ma'bad. Maka setelah beliau mendapat sebuah gelas diisinya gelas itu dengan air susu itu, lalu beliau berikan kepada Abu Bakar supaya di minumnya, sesudah Abu Bakar meminumnya beliau memerah lagi satu gelas dan beliau berikan kepada 'Amir Fuhairah, sesudah 'Amir menerimanya, sesudah 'Amir meminumnya, beliau memerahnya lagi satu gelas dan beliau berikan kepada 'Abdullah bin 'Uraiqith, sesudah 'Abdullah meminumnya, beliau memerah satu lagi satu gelas dan beliau minum sendiri, lalu beliau memerah satu gelas dan beliau berikan kepada Ummu Ma'bad, sesudah Ummu Ma'bad meminumnya, beliau memerah lagi satu gelas lalu beliau berikan kepada Ummu Ma'bad sambil beliau bersabda : ''Ambillah ini satu gelas buat Abu Ma'bad nanti apabila ia datang.''

Kemudian Nabi dan sahabat Abu Bakar meneruskan perjalanan mereka. Sesudah matahari hampir terbenam, datanglah Abu Ma'bad (Aktsam namanya) dengan mengiringkan kambing-kambing yang di gembalanya. Tatkala ia sampai di rumahnya, tiba-tiba ia melihat segelas air susu. Karena ia merasa tidak menyediakan air susu di rumahnya dan tidak pula merasa meninggalkan dirumahnya kambing yang bersusu, maka ia bertanya kepada istrinya : ''Dari manakah air susu satu gelas ini, hai Ummu Ma'bad?''

Ummu Ma'bad menjawabnya dengan panjang lebar tentang asal mula adanya air susu itu, dan olehnya di terangkan pula sifat-sifat orang yang memerah air susu itu (Nabi Muhammad s.a.w) dan sahabatnya. Dan kalau Abu Ma'bad kurang percaya ia di minta oleh Ummu Ma'bad supaya memerah air susu kambing yang amat kurus tersebut. Ternyata bahwa kambing yang di tinggalkannya itu apabila diperah adalah mengeluarkan air susu yang tidak sedikit. Dan Abu Ma'bad amatlah herannya menghadapi kejadian yang luar biasa.

Kemudian oleh Ummu Ma'bad di ceritakan pula tentang sifat-sifat orang yang datang tadi (Nabi Muhammad s.a.w) dan pakaianya dengan sejalas-jelasnya. Dan saat itu timbullah suatu perasaan dalam diri Abu Ma'bad bahwa pastilah orang itu, tentulah seorang keturunan bangsawan Quraisy yang sedang menjadi buah bibir orang-orang dari Mekah. Dan ia berkata juga : ''Sungguh saya bercita-cita, apabila kelak saya dapat berjumpa dengan dia, saya hendak menjadi pengikut daan sahaabatnya.''

Adapun diri Nabi Muhammad s.a.w di tengah perjalanan beliau bertemu dengan Zubair, yang waktu itu sedang ada dalam perjalanan pulang kembali dari Syam untuk berdagang. Karena ia melihat pakaian-pakaian Nabi Muhammad dan Abu Bakar, maka ia lalu menyampaikan pakaian-pakaian yang putih dan baik-baik pada Nabi dan Abu Bakar, yang di terima kedua beliau dan terus di pakai.

Diriwayatkan pula bahwa sesudah itu di tengah perjalanan beliau bertemu dengan seperangkatan kafilah dari qabilah Banu Sahmin yang di pimpin oleh kepala qabilahnya yang bernama Buraidah bin Al-Aslamy.

Buraidah adalah seorang kepala qabilah Banu Sahmin, dan ia mendengar juga berita maklumat dari Mekah, bahwa barangsiapa dapat menangkap Muhammad dan mengirimnya kembali ke Mekah ia akan memperoleh hadiah sebesar seratus ekor unta dari Mekah. Oleh sebab itu Buraidah berhasrat juga hendak mendapat hadiah itu sebagaimana dengan Suraqah. Dan berangkatlah ia pada suatu hari dengan diiringkan oleh kaumnya sebanyak tujuh puluh orang. Di tengah jalan tiba-tiba mereka bertemu dengan Nabi Muhammad s.a.w. Di tengah jalan tiba-tiba mereka bertemu dengan Nabi Muhammad s.a.w. Kemudian ia menegur Nabi, yang oleh beliau di jawab dan di tanya :

''Man antum?''
''Siapakah engkau?''

Buraidah menjawab :

''Anaa buraidah ibnul Hashiib''
''Saya Buraidah bin Al-Hashib''

Nabi memalingkan mukanya kepada Abu Bakar sambil berkata :

''Barada amruna washalah''
''Mudah-mudahan telah dingin urusan kita dan baik.''

Lalu beliau bertanya lagi :

''Mimman anta?''
''Dari keturunan siapa engkau?''

Buraidah menjawab :

''Min aslama, min banii Sahmin''
''Dari desa Aslam, dan dari keturunan Sahmin.''

Lalu Nabi memalingkan mukanya kepada Abu Bakar sambil berkata :

''Salimnaa wakharaja sahmuka.''

Waktu itu Buraidah membalas bertanya :

''Man anta?''
''Siapakah engkau?''

Nabi menjawab :

''Anaa Muhammad ibnu 'abdullah ibnul muthalib.''
''Saya Muhmmad bin 'Abdullah bin 'Abdul-Muthalib.''

Seketika itu juga Buraidah menjawab :

''Asyhadu Ala ilaha ilallah. Wa asyhadu anna muhammadan 'abduha wa rusulah.''

Dan orang-orang yang mengiringkan dia pun seketika itu membaca syahadat bersama-sama, jadi mereka sekalian telah mengikut Islam.

Kemudian Buraidah berkata :
''Alhamdulillahilladzi aslama bani sahmin thaa i'iina ghaira mukrahiin.''
''Segala puji bagi Allah, yang telah meng-Islamkan bani Sahmin dengan bertunduk, tidak dengan dipaksa.''

Jadi sebelum Nabi Muhammad s.a.w, sampai di Madinah beliau telah mendapat pengikut-pengikut baru dari orang-orang yang beliau jumpai di tengah jalan sebanyak lebih dari tujuh puluh orang. Dan pada waktu itu Buraidah bermaksud mengiringkan Nabi sampai masuknya beliau di kota Madinah. Keesokkan harinya Buraidah mengemukakan usul kepada Nabi supaya pada saat beliau hendak masuk ke Madinah di kibarkan bendera.

Usul Buraidah ini dengan segera di terima oleh beliau

Adapun keadaan kaum Musyrikin di Mekah, oleh karena telah beberapa hari mereka belum mendapat kabar yang pasti, kemana sesungguhnya Nabi dan Abu Bakar pergi, kemarahan mereka bertambah sangat. Tidak berhenti-henti mereka berusaha memperoleh kabar, kemana sebetulnya Muhammad dan Abu Bakar itu menyembunyikan diri. Hingga kemudian suatu hari mereka masing-masing sekonyong-konyong mendengar suara dari atas, suara yang tidak dengan rupa orang yang mengucapkannya, yang menyatakan : ''Bahwasannya Muhammad dan Abu Bakar telah sampai di Madinah.'' Mereka sangat tercengang mengapa ke dua orang itu dapat sudah sampai di Yatsrib? Waktu itu lalu mereka berdaya upaya dengan cara-cara yang halus bagaimana dapatnya Muhammad itu kembali ke Mekah.

Demikianlah riwayat perjalanan Nabi Muhammad s.a.w, sejak berangkat hijrah dari Mekah sampai hampir tiba di Madinah.

Saturday, January 14, 2012

Iman Hijrah dan Jihad : Nabi Muhammad S.A.W di kejar musuh

Kembali tentang keaadan kaum Musyrikin Quraisy di Mekah, maka sesudah kehilangan Nabi Muhammad s.a.w, dan sahabat Abu Bakar, mereka sibuk menyiar-nyiarkannya ke sekeliling kampung kota Mekah, dan kepada suku-suku dan qabilah-qabilah yang berdekatan. Ditiap-tiap suku dan qabilah, kepala-kepalanya dimintai pertolongan oleh mereka supaya turut mencari Muhammad dan Abu Bakar, dan apabila berhasil menemukan mereka hendaknya segera di tangkap dan dikirim ke Mekah. Dan diumumkan pula oleh mereka bahwa barang siapa dapat menangkap Muhammad sampai membawanya ke Mekah, ia akan mendapat hadiah seratus ekor unta.

Selanjutnya diriwayatkan bahwa tatkala perjalanan Nabi Muhammad s.a.w, dan sahabat Abu Bakar r.a, sampai di suatu dusun bernama Qudaidin, dekat Rabigh, tiba-tiba perjalanan mereka di ketahui oleh seorang penduduk dusun itu yang pernah mengenal wajah Nabi dan Abu Bakar. Dengan segera orang itu melapaorkan hal itu kepada kepala qabilahnya yang bernama Suraqah bin Malik Mudlij(kepala qabilah bani Mudlij), ketika itu Suraqah sedang duduk dengan di hadapi kaumnya. Maka orang yang datang itu menuturkan kepada Suraqah : ''Ya Tuanku, baru-baru ini saya melihat dari jauh ditepi laut di tempat ini dan ini tadi ada tertampak titik-titik hitam sebagai kendaraan unta, menurut dugaan saya barangkali itulah kendaraan Muhammad dan sahabatnya, yang baru tuan cari.''

Suraqah menyahut :''Ah, bukan! Itu sekali-kali bukan Muhammad dan sahabatnya, tetapi yang kamu lihat itu si fulan dan si fulan (Suraqah menyebutkan beberapa nama) yang baru saja lewat melalui disini, mereka itu hendak mencari baramg-barangnya yang hilang di tengah jalan.''

Orang yang melaporkan itu terdiam, karena tidak mengerti apa yang di kandung dalam hati Suraqah. Sesungguhnya perkataan-perkataan Suraqah itu hanya pura-pura, karena di dalam hatinya ia berkata : ''Barangkali itulah kendaraan-kendaraan Muhammad dan sahabatnya.'' Tetapi karena ia ingim sekali memperoleh hadiah seratus ekor unta itu, maka ia berpura-pura tidak mau membenarkan laporan yang diterimanya itu, dengan maksid supaya ia dapat pergi sendiri menangkap orang-orang buruan itu. Buktinya adalah kejadian-kejadian yang selanjutnya seperti tertera di bawah ini.

Tidak berapa lama kemudian Suraqah dengan cepat-cepat membibarkan orang-orang yang berhimpun di hadapannya dan cepat-cepat pula ia pulang ke rumahnya. Setibanya dirumah ia langsung berpakaian secukupnya dan bersenjata selengkapnya, lalu ia mengambil kudanya, sudah itu ia pergi berkuda dengan secepat-cepatnya mengejar perjalanan Nabu dan sahabatnya dan di dalam waktu yang sangat singkat ia telah sampai di belakang Nabi.

Waktu itu sahabat Abu Bakar selalu memalingkan mukanya ke belakang dan terasalah olehnya bahwa orang yang mengejarnya di belakang itu tidak lain dan tidak bukan adalan seorang musuh yang hendak menangkap Nabi. Akan tetapi Nabi tidak mau memalingkan mukanya ke belakang, sehingga Abu Bakar lalu berkata ''Ya Rasulullah! Ada orang mengejar kita dan sekarang kita tentu tertangkap oleh musuh.

Nabi s.a.w, bersabda :''Hai sahabatku, jangan bersusah hati, karena bahwasanya ALLAH beserta kita, bukan?''

Demikianlah percakapan seperti itu terjadi berulang-ulang.

Maka sesudah Suraqah sampai dekat di belakang perjalanan Nabi, Abu Bakar menangis sambil berkata : ''Orang itu tentu dapat menangkap kita sekarang?''

Nabi bersabda : ''Mengapa engkau menangis, hai sahabatku?''

Abu Bakar : ''Demi ALLAH, saya tidak menangisi kalau diri saya tertangkap atau terbunuh, tetapi saya menangisi diri tuan!''

Nabi : ''Oh sahabatku, ALLAH beserta kita!
Kemudian beliau berdoa kepada ALLAH :
''Allahummak finaa bimaa syi'ta''

''Ya ALLAH ! Cukupilah kami akan dia (Suraqah) sekehendak engkau.''

Seketika itu juga tergelincirlah kuda Suraqah, dan ia jatuh terpelangting ke tanah. Dan perjalanan Nabi terus berlangsung dengan tenang. Tidak berapa lama kemudian Suraqah dapat bangkit dan kudanyapun dapat di bangkitkan kembali, lalau ia berkuda lagi. Pada saat-saat itu Suraqah sudah merasa sedikit kurang enak terhadap perbuatannya, karena ia telah merasa pasti ada apa-apa, tetapi ia memaksa dirinya menaiki kudanya lagi mengejar Nabi lagi, dan setelah ia sampai lagi di dekat kendaraan beliau, dan dari dekatnya ia dapat mendengar apa yang di baca oleh beliau, dengan tiba-tiba pula tergelincirlah kudanya dengan lebih sangat dari pada yang sudah dan ia pun jatuh terpelanting ketanah lagi. Dan Nabi memeruskan perjalanan beliau dengan tenang.

Tidak berselang lama bangunlah Suraqah dari tanah, lalu membangunkan lagi kudanya yang hampir tidak dapat berdiri. Dengan memaksa diri ia menaiki kudanya lagi, lantas mengejar perjalanan Nabi lagi. Tidak lama kemudian sampailah ia di belakang beliau lagi. Sebab itu beliau berdoa lagi kepada ALLAH seperti tadi, dan seketika itu juga tergelincirlah pula kudanya dengan lebih cepat sangat dari pada yang sudah-sudah, sampai kaki kuda itu terpendam sampai kelututnya di dalam pasir, dan bersamaan dengan itu pula Suraqah pun jatuh terpelanting lagi ke tanah. Dan Nabi meneruskan perjalanan beliau dengan amannya. Beberapa saat kemudian bangunlah Suraqah dari jatuhnya, lalu membangunkan lagi kudanya, yang waktu itu hampir-hampir kaki kuda tak dapat keluar dari dalam tanah, sekonyong-konyong keluarlah pula asap. Terasa oleh Suraqah dalam jiwanya bahwa apa yang telah di perbuatnya itu adalah amat membahayakan jiwanya, dan terbit pula perasaan dalam dirinya bahwa kemenangan akan di dapat oleh Muhammad. Oleh sebab itu ia lalu mengejar Nabi lagi sambil berteriak-teriak dari belakang, memanggi-manggil nama Nabi dan meminta perlindungan dari bahaya yang amat menguatirkan itu tadi.

Tetapi Nabi dan sahabat Abu Bakar terus berjalan dengan tenang. Karena itu Suraqah terus memanggik-manggil Nabi dengan suara sekeras-kerasnya, dan meminta supaya beliau menghentikan perjalanan beliau sebentar.

Karena waktu itu hati Suraqah telah bersih dari maksud dan kehendak yang jahat, Nabi dan Abu Bakar mau menghentikan perjalanan mereka. Lalu Suraqah mendekatkan diri kepada Nabi Muhammad s.a.w, dan setelah berhadapan muka dengan beliau ia meminta beribu-ribu ma'af atas kesalahannya yang baru di perbuatnya, dan ia memohon juga agar suapaya kesalahannya itu tidak di balas oleh beliau, manakala kelak di kemudian hari beliau memperoleh kemenangan dan memegang tampuk kekuasaan di seluruh Jazirah Arab. Nabi Muhammad s.a.w, mengabulkan permintaan Suraqah itu dengan perjanjian tertulis. Waktu itu sahabat Abu Bakar membawa alat-alat tulis menulis, untuk dipergunakan mencatat wahyu-wahyu ALLAH sewaktu-waktu dalam perjalanan itu ada wahyu ALLAH yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. Adapun yang diserahi menulis surat perjanjian Suraqah dengan Nabi itu ialah sahabat 'Amir bin Fuhairah.

Selanjutnya Suraqah lalu menuturkan kepada Nabi Muhammad s.a.w, tentang keaadan kaum Musyrikin Quraisy di Mekah sepeninggal beliau. Antara lain Suraqah berkata :''Bahwasanya kepala-kepala kaum Quraisy ada memaklumatkan bahwa barang siapa dapat menangkap engkau dan mengirim engkau kembali ke Mekah akan mereka beri hadiah seratus ekor unta.

Mendengar berita dari Suraqah itu Nabi s.a.w tersenyum. Lalu Suraqah ingin menyampaikan bekal-bekal dan alat-alat yang sangat berguna bagi orang berpergian jauh kepada beliau, tetapi sedikitpun beliau tidak mau menerimanya. Hanya saja beliau berpesan kepada Suraqah bahwa hendaknya ia jangan sampai menyiarkan kepergian beliau ke Madinah kepada kaum Quraisy dan lain-lainnya, dan supaya ia bersunggih-sungguh merahasiakannya. Dan Suraqah sanggup menerima pesanan tersebut.

Lebih jauh diriwayatkan bahwa sesudah Nabi memberikan surat perjanjian tersebut tadi kepada Suraqah, ia berkata : Ya Rasulullah, surat ini buat saya? Saya ini Suraqah bin Ju'sum

Lalu Nabi bersabda kepadanya : ''Hai Suraqah bahwasanya engkau suatu saat akan berpakaian dan berperhiasan gelang-gelang dan binggal-binggal emas yang biasa di pakai raja-raja Persia.
(Nubuat Nabi s.a.w, tentang diri Suraqah sebagai tersebut itu terjadi pada 24 tahun kemudian, yakni zaman Khalifah 'Umar bin Khathab r.a, yaitu ketika beliau ini dapat menaklukan kerajaan Persia, lalu beliau memanggil Suraqah ke Masjid Madinah dan setelah ia ini datang ke mesjid itu menghadap Khalifah 'Umar, dengan di hadapan orang banyak ia di suruh beliau memakai pakaian dan perhiasan bekas raja Persia, seperti mahkotanya, benggal-benggalnya dan sebagainya)

Thursday, January 12, 2012

Iman Hijrah dan Jihad : Nabi Muhammad S.A.W. Berangkat Menuju Madinah

Sebagaimana di atas telah kami riwayatkan, sebelum Nabi Muhammad s.a.w, dan sahabat Abu Bakar r.a, berangkat meninggalkan Mekah, Abu Bakar telah berpesan kepada seorang penunujuk jalan untuk berpergian jauh yang bernama 'Abdullah bin 'Uraiqith, supaya tiga hari sesudah itu ia pergi menyusul ke gua Tsaur bersama-sama dengan 'Amir bin Fuhairah, dengan menhela dua ekor unta kepunyaan Abu Bakar yang akan dijadikan kendaraan pergi menuju ke Madinah.

Pada waktu itu 'Abdullah bin Uraiqith adalah seorang yang masih memeluk agama berhala, agama kaum Musyrikin Quraisy. Akan tetapi dengan kehendak ALLAH Yang Maha Suci ia waktu itu mau di beri janji dan di upah oleh Abu Bakar untk menunjukkan jalam ke Madinah. Padahal ketika itu ia mendengar juga kekacauan kaum Musyrikin Quraisy di Mekah dalam berusaha mencari diri Nabi dan Abu Bakar serta maklumat mereka hendak memberi hadiah seratus ekor unta kepada barang siapa yang dapat menangkap diri Nabi Muhammad s.a.w.

Demikianlah pada hari yang telah di tentukan pada waktu tengah malam datanglah di gua Tsaur 'Abdullah bin Uraiqith dan 'Amin bin Fuhairah dengan menghela ke dua ekor unta itu. Dan pada keesokkan harinya, ialah hari keempat sejak Nabi meninggalkan Mekah, keluarlah keempat orang itu dari gua Tsaur dan dengan segera mereka berangkat dengan berkendaraan unta. Nabi Muhammad s.a.w, berkendaraan unta kepunyaan Abu Bakar yang namanya ''Al-Qushwa'' bersama-sama dengan 'Abdullah bin Uraiqith dan sahabat Abu Bakar berkendaraan untanya yang lain bersama-sama dengan 'Amir bin Fuhairah. Mereka mengambil jalan melalui sepanjang tepi laut Merah, jalan yang tidak biasa di pergunakan oleh kebanyakan orang yang pergi ke Madinah.

Karena sahabat Abu Bakar r.a, itu adalah seorang bangsawan dan hartawan yang terkenal, dan keturunan hartawan juga, dan ia pun seorang yang telah seringkali bepergian jauh untuk berdagang, maka dari itu di dalam perjalanan itu ia selalu di kenal oleh orang-orang dari desa-desa yang di lalui. Kerap kali ia di tegur dan di sapa oleh orang-orang yang telah mengenal beliau. (Menurut riwayat Ibnu Hisyam sebagaimana tersebut dalam kitab Sirahnya sahabat Abu Bakar r.a., dalam berhijrah ke Madinah bersama-sama dengan Nabi Muhammad s.a.w, adalah membawa hartanya sebanyak lima ribu atau enam ribu dirham)

Dan karena Nabi Muhammad s.a.w, itu adalah seorang yang hampir tidak pernah berpergian jauh dan lagi bukan seorang hartanwan yang terkenal, maka dalam perjalanan itu beliau sama sekali tidak di kenal oleh orang lain. Oleh sebab itu apabila sahabat Abu Bakar berjunpa dengan seorang yang mengenalnya, ia selalu di tanya tentang diri Nabi, siapakah dia. Dan sahabat Abu Bakar hanya menjawab :''Ini sahabatku yang menunujkkan jalan untuk berpergian jauh. Karena aku belum pernah pergi ke Madinah dengan mengambil jalan ini maka terpaksa dia kuajak untuk menunjukkan jalan kepadaku.'' jadi Abu Bakar todaklah menerangkan hal yang sebenarnya, bahwa ia adlah seorang Nabi Pesuruh ALLAH.

Mendengar jawaban tersebut itu Nabi Muhmmad hanya tinggal diam karena mengerti akan apa yang di maksud oleh sahabat Abu Bakar.

Wednesday, January 11, 2012

Iman Hijrah dan Jihad : Keadaan Nabi Muhammad s.a.w. dengan sahabat Abu Bakar r.a. di gua Tsaur

Demikianlah setelah Nabi Muhammad s.a.w. bertemu dengan sahabat Abu Bakar di tengah jalan, mereka lalu berjalan bersama-sama menuju gunung Tsaur. Di dalam perjalanan itu sahabat sahabat Abu Bakar sebentar berjalan di muka Nabi, sebentar di muka beliau, sebentar lagi di kanan, dan sebentar lagi di kiri beliau, demikianlah sampai berulang-ulang. Oleh sebab itu Nabi s.a.w, bertanya kepadanya :

''Maa hadza yaa Abaa Bakri? Maa a'rafu hadza min fi'lika.''
''Apakah ini Abu Bakar? Aku tidak mengerti akan perbuatanmu ini!''

Sahabat Abu Bakar menjawab :

''Yaa Rasuulullah, adzkururra shada fa akunuu amaamaka. Wa adzkuruth thalaba fa akuunu khalfaka. Wa marrata 'an yamiinika. Wa marrata 'an yasaarik.''

''Ya Rasulullah! Saya ingat akan pengintai, maka saya ada di muka engkau, dan saya ingat akan pencahari, maka saya ada di belakang engkau, dan sekali saja di kanan engkau dan sekali di kiri engkau.''

Waktu itu Nabi Muhammad s.a.w, berjalan kaki dengan kaki telanjang. Dan karena beliau tidak biasa berjalan dengan kaki telanjang, maka dari jauhnya perjalanan malam itu kaki beliau mendapat luka-luka.

Patut diterangkan lebih dulu bahwa gua Tsaur yang di dalamnya terdapat banyak binatang-binatang liar dan buas, dan sering kali di tempati oleh ular-ular yang berbisa. Hal itu telah umum di ketahui oleh orang banyak pada masa itu, sehingga tidak seorangpun berani masuk ke dalamnya. Tetapi Nabi Muhammad s.a.w, beserta sahabat Abu Bakar r.a, dengan hati berani serta tulus dan karena ALLAH semata-mata memasuki gua itu.

Mereka sampai di gunung Tsaur pada waktu larut malam, dimana-mana gelap gulita dan sunyi senyap. Lebih dahulu sahabat Abu Bakar masuk ke dalam gua itu, sedang Nabi masih tinggal di luar. Yang demikian itu di sebabkan oleh cintanya sahabat Abu Bakar kepada beliau. Di dalam gua itu sahabat Abu Bakar membersihkan-bersihkan dalam gua itu, dengan maksud kalau-kalau di dalamnya ada binatang-binatang liar atau ular-ular yang berbisa agar ia sendirilah yang terkena oleh mereka, dan jangan sampai Nabi Muhammad s.a.w, yang terkena. Kesemuanya itu timbul dari perasaannya yang suci, bahwa diri Nabi adalah lebih berharga daripada dirinya sendiri.

Inilah suatu contoh bagi kita bahwa diri seorang penuntun/panutan atau pemimpin itu ada lebih berharga daripada diri seorang yang di tuntun dan di pimpinnya.

Diriwayatkan bahwa ketika sahabat Abu Bakar membersih-bersihkan dalam gua dengan mengambil batu-batu yang ada dalam gua itu satu persatu, maka cara beliau mengambil dan membuangi batu-batu itu adalah dengan lebih dulu mengoyak pakaiannya secarik demi secarik. Karena beliau kuatir kalau-kalau yang di pegangnya akan di lemparkannya itu binatang yang berbisa. Demikianlah sehingga seluruh pakaiannya koyak-koyak. Dan kemudian, setelah pakaiannya habis koyak-koyak sedangkan di dalam gua masih ada batu sedikit besar, maka ia melemparkan batu itu dengan kakinya, dan tiba-tiba kakinya tergigit oleh seekor ular kecil dengan kerasnya, karena ternyata di bawah batu itu ada ular tersebut. Tetapi pada saat itu ia tetap diam. Selanjutnya setelah ia selesai membersih-bersihkan dalam gua itu ia keluar dan mempersilahkan diri Nabi supaya masuk ke dalamnya. Sesudah beliau masuk, di sebabkan oleh capainya beliau segera tertidur di atas pangkuan sahabat Abu Bakar r.a.

Setelah beliau tertidur dengan pulasnya, sedang bekas gigitan ular makin terasa sakitnya oleh Abu Bakar, maka ia sampai mencucurkan air matanya sehingga beberapa tetes air mata itu menitik ke atas muka Nabi. Dengan terkejut beliau bangum dan berkata :

''Mengapa engkau menangis, hai Abu Bakar?''
Ia menjawab : ''Dari gigitan ular, ya Rasulullah.''
Beliau bertanya : ''Oh, mengapa engkau tidak mengatakannya padaku?''
Abu Bakar menjawab : ''Saya takut membangunkan engkau.''

Setelah terbit fajar Nabi memeriksa bengkaknya Abu Bakar lalu ia mengusapnya dengan tangan beliau. Seketika itu juga lenyaplah bengkak itu serta sakitnya. Kemudian Nabi melihat pakaian sahabatnya dan bertanya : ''Mengapa pakaianmu?'l ''Maka sahabat Abu Bakar menceritakan hal-hal yang sebenarnya.

Mendengar ceritera sahabat beliau itu lalu beliau berdo'a kepada ALLAH :

''Allahummaj,al abaa bakri fiidari jatii yaumal qiyaamah''

''Ya ALLAH! Jadikanlah Abu Bakar kelak di hari kiamat pada derajat(pangkat)ku!''

Adapun pada saat itu, setelah kaum Musyrikin Quraisy tidak berhasil mencapai maksudnya, pada hari itu juga kepala-kepala dan ketua-ketua mereka mengadakan rapat luar biasa untul merundingkan bagaimana caranya menangkap Nabi Muhammad s.a.w. Bersamaan dengan itu pemuda-pemuda yang telah bersenjata lengkap hendak membunuh beliau tadi, dengan berkuda mencari-cari di kampung-kampung di segenap penjuru kota Mekah, kalau-kalau mereka dapat menangkap beliau.

Adapun keputusan rapat luar biasa itu pada hari itu adalah dengan secepat mungkin mereka memanggil para ahli pelihat tapak kaki manusia. Mereka lalu mengutus orang-orang yang dapat mengikuti dan menjejaki bekas tapak kaki manusia yang berjalan diatas pasir. Selain dari pada itu mereka memutuskan juga bahwa barang siapa dapat memancung kepala Nabi Muhammad s.a.w, sampai dapat membawanya di muka mereka ia akan mendapat hadiah seratus ekor unta.

Kemudian ahli mengikuti bekas tapak kaki itu mengikuti bekas tapak kaki Nabi dengan di iringkan oleh pemuda-pemuda yang bersenjata lengkap itu tadi dan pula oleh kepala-kepala dan ketua-ketua Quraisy.

Oleh karena mereka telah mengetahui bahwa sahabat Abu Bakar adalah sahqbat Nabi paling rapat, maka mereka menyuruh Abu Jahal ke rumah sahabat Abu Bakar. Sesampainya di sana ia bertanya kepada ahli (keluarga) rumah, kemana Abu Bakar pergi. Yang menemui Abu Jahal adalah Asma'. Dan jawab Asma' dengan berani : ''Saya tidak tahu, kemana ayah pergi.''

Abu Jahal : ''Betul-betul ayahmu pergi?''
Asma' : ''Ya, sungguh ayah pergi.''

''Kemana ia perginya?'' tanya Abu Jahal sambil matanya mengintai-intai ke dalam rumah, kalau-kalau ia melihat orang yang di kejarnya.

Asma tetap berkata : ''Saya tidak tahu, dan yang ada di rumah ialah ibu dan adik saya.''
''Ah, terlalu!'' sungut Abu Jahal sambil menampar muka Asma dengan kerasnya, lalu ia pergi.

Ahli mengikuti tapak kaki itu, setelah menemukan bekas tapak-tapak kaki Nabi dan shabat Abu Bakar, lalu mengikutinya dengan di iringkan oleh mereka itu tadi, hingga sampai ke depan gua Tsaur, dan tiba-tiba bekas-bekas kaki tapak itu berhenti atau putus disana. Kemudian mereka kebingungan, kemana lanjutnya, ke kanankah, atau ke kirikah? Apakah terus masuk ke dalam gua, ataukah naik ke atas gua? Mereka berselisih satu sama lain tentang hal itu.

Kebingungan mereka itu du sebabkan karena sesudah Nabi dan sahabat Abu Bakar masuk ke dalam gua itu maka seketika itu juga Tuhan menyuruh labah-labah yang beribu-ribu banyaknya supaya bersarang dimuka gua Tsaur, dan juga Tuhan menyuruh burung-burung merpati yang liar supaya sama bersarang dan bertelur di tempat tersebut. Oleh sebab itu sudah barang tentu pintu gua Tsaur dan sekitarnya penuh dengan sarang labah-labah di atasnya dan sarang telur merpati di bawahnya.

Seandainya Muhammad dan Abu Bakar masuk ke dalam gua itu sudah barang tentu banyak telur burung merpati itu pecah, sarang-sarangnya kucar-kacir dan sarang-sarang labah-labah itu rusak dan hancur, padahal kelihatan tidak ada satupun telur yang pecah, dan sarang-sarang itu masih penuh di muka gua itu. Ah, tidak boleh jadi Muhammad dan Abu Bakar telah masuk ke dalam gua itu. Lebih-lebih burung-burung merpati itu mesti bubar jika ada orang masuk ke dalam gua itu, sedang kenyataannya mereka masih ada.

Demikianlah perkataan-perkataan dan sangkaan-sangkaan para ahli mengikuti bekas tapak kaki itu. Kemudian para ahli mengikuti tapak kaki itu dan pemuda-pemuda itu tadi timbul perselisihan pendapat, sementara itu di antara ketua dan kepala Quraisy ada yang memanjat naik ke puncak gunung. Dalam pada itu salah seorang dari pemuda-pemuda itu mencoba mengintip ke dalam gua, tetapi baru saja ia mengintip, burung-burung merpati yang sedang ada di luar pintu, bubar lalu terbang. Dengan segera pemuda itu kembali seraya berkata kepada kawan-kawannya : ''Seumpama dalam gua ini ada orangnnya, tentulah burung-burung merpati itu sudah lama bubar, bukan? Sebab saya tahu, saya baru mengintai saja sduah banyak yang terbang.'' Seorang lainnya berkata : ''Kita sekarang perlu mencoba masuk bersama-sama, coba marilah!''

Ummayah bin Khalaf menyahut : ''Mengapa kamu hendak masuk ke dalamnya? Kalau tokh Muhammad telah masuk kedalamnya, tentulah sarang labah-labah itu semuanya telah hancur luluh, bukan? Ya, kalau di dalam gua itu tidak ada binatang-binatang liar dan buas atau ular yang berbisa, dan kalau ada, tentu mencelakakan pada kamu, bukan?

Pendek kata akhirnya mereka kembali dan pulang dengan tangan hampa dan hati yang kesal dan menyesal. Adapun Nabi dan Abu Bakar di dalam gua tesebut, selama itu mendengar dengan jelas percakapan mereka itu dan melihat juga akan rupa orang-orang yang ada di luar, sebagian di atas gua dan sebagian di muka pintu gua. Sedikitpun Nabi tidaklah merasa cemas, khawatir atau takut kepada mereka, karena beliau penuh kepercayaan bahwa ALLAH lah yang akan memberikan pertolongan kepada beliau. Adapun sahabat Abu Bakar ketika mengangkatkan kepalanya ke atas, beliau melihat orang-orang yang sedang di atas gua, maka ia lalu berkata kepada Nabi : ''Jika mereka melihat kakinya ke bawah, atau menundukkan kepalanya ke bawah, tentu dengan sagera melihat kita ada disini bukan?''

Nabi Muhammad berkata : ''Janganlah engkau menyangka bahwa aku ini sendirian bersama engkau, tetapi sesungguhnya Tuhan selalu beserta kita, selamanya Ia melindungi kita. Adapun jika mereka itu nanti jadi masuk ke dalam gua ini dengan jalan melalui pintu gua itu maka nanti kita melepaskan diri melalui ini.'' Beliau berkata sambil menunjukkan jarinya ke sebelah belakang. Padahal sebelah belakang gua itu tidak berpintu atau tertutup rapat-rapat, tetapi setelah Abu Bakar menoleh ke belakang ia melihat bahwa di sebelah belakang gua itu ada berpintu lebar, yang dapat dipergunakan untuk melarikan diri dari pengejaran musuh.

Sesudah itu lenyaplah kekuatiran, kecemasan dan ketakutan sahabat Abu Bakar, dan ia menjadi berkepercayaan bahwa Tuhan pasti memberikan perlindungan secukupnya dan pertolongan selengkapnya, dan ia bertetap hati menghadapkan segenap jiwa raganya kepada Tuhan semata-mata.

Demikianlah mereka para pengepung dan penyerangan itu bubar dan pergi dari tempat tersebut, dan semuanya pulang kembali ke Mekah.

Adapun Nabi s.a.w, dan sahabat Abu Bakar, selama mereka ada di dalam gua Tsaur, adalah di beri bantuan dari luar gua oleh 'Abdullah dan Asma', keduanya putera dan puteri Abu Bakar, serta 'Amir bin Fuhairah, bujang Abu Bakar. Yakni : tiap-tiap petang 'Abdullah pergi ke gua itu dengan membawa bermacam-macam berita dari Mekah, terutama berita-berita yang bersangkutan dengan diri Nabi, dan segala apa yang diperbuat oleh kaum Musyrikin Quraisy, yang demikian ini memang di suruh oleh beliau. Dan pada malam harinya ia bermalam di dekat gunung tersebut, lalu sebelum terbit fajar ia berjalan pulang kembali je Mekah. Kemudian pada siang hari ia bergaul dengan orang-orang Musyrikin di Mekah, dengan mencatat benar-benar semua yang dirundingkan oleh mereka. Maka setelah datang petang hari ia pergi lagi ke gua Tsaur dan di sana menuturkan segala apa yang dengar di Mekah kepada Nabi. Adapun Asma' pada tiap-tiap petang hari mengikut akan saudaranya laki-laki, Abdullah, pergi ke gua Tsaur dengan membawa makanan dari rumah, dan keesokkan harinya pagi-pagi ia pun kembali ke Mekah bersama saudaranya. Adapun 'Amir bin Fuhairah, pada tiap-tiap pagi menggembalakan kambingnya sampai ke gua Tsaur, maka di sana diperasnya air susu kambing yang di gembalanya untuk di minum oleh Nabi dan sahabat Abu Bakar. Dan setiap hampir datang waktu malam ia mengiringkan kambing yang di gembalanya menuju kembali ke Mekah. Selama itu perbuatan-perbuatan ketiga orang itu tidak diketahui sama sekali oleh kaum Musyrikin Quraisy seorangpun. Dan Nabi Muhammad s.a.w, dan sahabat Abu Bakar bersembunyi dalam gua itu sampai tiga hari tiga malam lamanya dengan tidak pernah kekurangan makan dan minum.

Sunday, January 8, 2012

Iman Hijrah dan Jihad : Nabi Muhammad S.A.W. Berangkat Meninggalkan Rumah.

Pada hari adanya rapat dan keputusan tersebut itu ALLAH menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad s.a.w. yang bunyinya. :




''wa-idz yamkuru bika alladziina kafaruu liyutsbituuka aw yaqtuluuka aw yukhrijuuka wayamkuruuna wayamkuru allaahu waallaahu khayru almaakiriina''
''Dan ketika orang-orang yang tidak percaya sama berdaya-upaya atas engkau(Muhammad), karena mereka hendak melukai engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkaua, dan sungguh mereka berdaya upaya, adapun ALLAH itu sebaik-baik yang berdaya-upaya.''
(Al-Qur'an surat Al Anfal ayat 30)

Sesudah Jibril menyampaikan wahyu tersebut berkata kepada Nabi Muhammad s.a.w :

''Yaa Rasuulullah. Laa tabit hadzihil lailata 'ala firaa syikalladzi kunta tabiitu 'alaihi. Wa innallaha ya'muruka bilhijrati ilil madiinah.''

''Allah menyuruh engkau suapaya berangkat hijrah ke Madinah, hai Rasulullah! Janganlah engkau tidur malam ini diatas tempat tidur engkau yang engkau telah biasa tidur di atasnya, dan sesungguhnya ALLAH menyuruh engkau supaya berangkat hijrah ke Madinah.''

Dinyatakan pula oleh malaikat Jibril bahwa untuk kawan perjalanan hijrah beliau tersebut ialah sahabat Abu Bakar ash-Shidiq r.a.

Sesudah mendapat perintah dari ALLAH untuk berhijrah itu seketika itu dengan terburu-buru Nabi Muhammad s.a.w., pergi kerumah sahabat Abu Bakar, sedang waktu itu sedang siang hari dan panas terik. Beliau pergi dengan bertutup muka dan kepalaa. Maka sesampai beliau di rumah Abu Bakar, beliau memanggil-manggil nama Abu Bakar dengan sekeras-kerasnya. Kebetulan sekali waktu itu sahabat Abu Bakar r.a.' sedang ada di rumah. Maka dengan adanya panggilan Nabi dengan suara keras itu terkejutlah sahabat Abu Bakar, karena ia tidak lupaa akan suara beliau Ia amat terperanjat melihat kedatangan Nabi s.a.w., yang terburu-buru itu, karena tidak biasanya tidaklah pernah beliau datang kerumahnya dan ke rumah siapa pun dengan terburu-buru dan di waktu siang hari pada saat panas matahari tengah seterik-teriknya. Dengan segera sahabat Abu bakar merasa bahwa mestilah kedatangan beliau itu mengandung atau membawa suatu hal yang penting. Maka dari itu dengan tergesa-gesa pula ia menyambut kedatangan beliau. Setelah Nabi masuk kedalam rumah Abu Bakar r.a., segera ia duduk daan berkata kepada sahabat Abu Bakar :

''Innallaha Ta'ala qad aadzinalii filkhuruuji wal hijrah.''

Sahabat Abu Bakar menyambut :

''Ashshuhbah, yaa Rasuulullah?''

''Berkawan dengan saya, ya Rasulullah?''

Jawab Nabi s.a.w. :

''Na'am, bi idznillah.''

''Ya, dengan idzin Allah''

Lalu sahabat Abu Bakar r.a., menangis, dari sebab suka citanya, sebab memang telah berbulan-bulan ia selalu mengharap-harap supaya lekas diidzinkan oleh ALLAH untuk berhijrah dari Mekah. Kemudian ia berkata, ''Ya, Rasulullah! Ambillah salah satu dari kedua ekor unta saya guna kendaraan tuan.''

Nabi memilih unta yang terbaik kepunyaan sahabat Abu Bakar, yang baru di belinya dengan harga 800 dirham. Dan unta itu dalam kitab tarikh disebutkan dengan nama ''Al-Qushwa.''

Selanjutanya Nabi Muhammad s.a.w, kembali kerumah dengan berjalan secepat-cepatnya. Dan sahabat Abu Bakar r.a, lalu berkemas-kemas, sertaa memerintahkan kepada keluarganya untuk menyediakan apa-apa yang menjadi kebutuhan orang berpergian jauh. Dua orang puterinya, Asma dan 'Aisyah, sama menyediakan dan mempersiapkan dengan secukupnya bekal untuk orang berpergian jauh, seperti makanan, pakaian dan sebagainya.

Pada hari itu juga Nabi Muhammad s.a.w, memanggil sahabat 'Ali r.a. Setelah ia datang menghadap Nabi s.a.w, oleh beliau diberi beberapa pesanan yang penting-penting, terutama hal-hal yang mengenai urusan rumah-tangga. Antara lain Nabi berpesan kepada 'Ali supaya pada malam hari nanti ia bermalam dana tidur ditempat tidur beliau, seraya berselimut yang telah biasa dipakai oleh beliau setiap beliau tidur malam hari. Jugaa 'Ali dipesan supaya barang-barang milik orang lain dititipkan kepada beliau dikembalikan kepada yang empunya. Semua pesanan itu diterima oleh sahabat 'Ali untuk dituruti dan di kerjakannya.

Juga sahabat Abu Bakar r.a, berpesan kepada puteranya laki-laki yang bernama Abdullah supaya sepeninggal ayahnya ia tiap-tiap hari mendengar-dengarkan suara-suara orang Quraisy tentang kepergian Nabi Muhammad s.a.w, dan supaya ia tiap-tiap petang hari pergi bersama-sama dengan saudaranya perempuan, Asma ke gua Tsaur. Juga sahabat Abu Bakar berpesan kepada bujangnya yang bernama 'Amir bin Fuhairah supaya selama beliau berdiam di gua Tsaur ia menggembalakan kambing-kambingnya di dekat gua tersebut agar air susunya dapat di pergunakan menjadi minuman oleh Nabi dan beliau sendiri. Kecuali itu sahabat Abu Bakar berpesan kepada seorang penunjuk jalan yang bernama 'Abdullah bin 'Uraiqith, supaya pada hari yang kelak beliau tentukan ia datang ke gua Tsaur untuk kemudian dia disuruh menunjukkan jalan ke Madinah bersama-sama dengan 'Amir bin Fuhairah.

Setelah pada hari itu Nabi Muhammad sudah bersiap-siap, begitu pun sahabat Abu Bakar r.a, maka sesudah matahari terbenam dan kegelapan waktu malam datang sedikit demi sedikit dan sahabat 'Ali telah berada di rumah Nabi, maka datanglah serombongan pemuda-pemuda Quraisy yang telah dipilih oleh rapat siang hari tadi dengan bersenjata lengkap. Mereka datang dengan diiringkan oleh para kepala dan ketua qabilah-qabilah Quraisy sebanyak seratus orang, kemudian mereka menyebarkan diri mengepung rumah Nabi di kiri' kanan, muka dan belakang.

Pada saat itu dengan suara pelan-pelan Nabi Muhammad menyuruh sahabat 'Ali supaya tidur di tempat tidur beliau dan berselimut dengan selimut beliau.


Ketika itu Abu Jahal berteriak-teriak dengan maksud mengejek dan menghina diri Nabi, dan katanya :

''Muhammad menyangka, jika kita mengikut kepadanya, kita akan menjadi penguasa-penguasa atas bangsa-bangsa Arab, dan merajai bangsa-bangsa lain di negeri-negeri kain, dan jika kita sudah mati, kita akan dibangunkan kembali hidup lalu akan dimasukkan ke dalam syurga, disana kita akan diberi makanan yang enak-enak, diberi perempuan yang cantik-cantik, diberi pakaian yang baik-baik, diberi perhiasan yang bagus-bagus dan sebagainya. Dan jika kita tidak mengikut kepadanya, kita akan di bunuh, kita akan di potong-potong seperti kambing, dan akan di perlakukan sebagai budak belian olehnya, dan sesudah mati, kita akan dibakar dengan api yang panasnya luar biasa dalam neraka.''

Nabi mendengarkan perkataan-perkataan Abu Jahal tersebut, kemudian beliau menjawab :

''Na'am, anaa aquulu dzalik, wa anta ahaduhum.''
''Ya, saya berkata demikian. Dan kaulah salah satu dari antara mereka(ahli neraka)

Dengan berjalan sangat perlahan Nabi Muhammad s.a.w, keluar dari rumah dengan diam-diam, tidak ada lagi seorangpun di antara mereka yang dapat mengetahuinya. Sebelumnya Nabi telah berpesan kepada 'Ali kalau sahabat Abu Bakar datang supaya dengan segera di suruh menyusul beliau.

Adapun Nabi Muhammad s.a.w, ketika keluar dari rumah mengambil segenggam pasir ditaburkan keatas kepala-kepala pemuda yang bertugas menyerang beliau, sehingga mereka sekalian tidak mengetahui keluarnya beliau. Dalam pada itu beliau membaca :

























Yaa siin,
Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah,
Sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul,
(yang berada) di atas jalan yang lurus,
(sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang,
Agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai. Kebanyakan orang kafir pasti mendapat azab karena tidak mengindahkan peringatan Allah.
Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, kerena mereka tidak beriman.
Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu dileher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah.
Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
Al-Qur'an surat Yasin ayat 1-9

Tiada berapa lama kemudian datanglah sahabat Abu Bakar dengan jalan sembunyi ke rumah Nabi dengan tidak diketahui oleh mereka seorangpun. Dan setelah ia diberitahu oleh sahabat 'Ali bahwa Nabi Muhammad s.a.w, telah berangkat, maka dengan cepat ia menyusul perjalanan beliau. Di tengah perjalanan dapatlah ia bertemu dengan Nabi. Kemudian ia berjalan bersama-sama menuju ke gunung Tsaur. Waktu itu sahabat 'Ali lalu tidur di tempat tidur Nabi dengan pulasnya serta berselimut dengan selimut beliau. Maka dari itu jika para pengepung rumah itu mengintai-intai ke dalam rumah Nabi, kelihatanlah oleh mereka bahwa beliau sedang tidur dengan pulasnya.

Menurut suatu riwayat, bahwa dari mereka itu ada seorang yang mengintai-intai ke dalam rumah dengan jalan memanjat ke atas rumah.

Maka jika ia sedang memanjat, terdengarlah olehnya tangis seorang anak perempuan, lantaran itu terburu-buru ia turun lagi. Dan begitulah sampai berkali-kali. Sebab menurut adat istiadat kesopanan bangsa Arab Quraisy pada masa itu, hinalah seorang ksatria membunuh seorang lain dengan masuk ke dalam rumah dari yang akan di bunuhnya, dan demikian pun hinalah rasanya sipembunuh itu jika ia sampai merusak keamanan seorang perempuan. Adapun anak perempuan yang menangis tadi, sudah tentu seorang dari pada keluarga Nabi Muhammad yang sedang tidur. Dan demikianlah seterusnya, mereka selalu mengintai-intai ke dalam rumah dari luar rumah belaka, dan mereka menyangka bahwa Nabi Muhammad masih ada dalam rumah itu dan sedang tidur dengan pulasnya.

Sampai jauh malam para pengepung rumah itu menanti-nanti keluarnya Nabi Muhammad s.a.w, sehingga mereka sama mengantuk dan setengahnya ada yang sampai tertidur di atas pasir. Kemudian setelah kira-kira perjalanan Nabi dengan sahabat Abu Bakar sampai ke gunung Tsaur dengan sekonyong-konyong datanglah kepada para pengepung itu seorang laki-laki tua yang belum pernah mereka kenal, dan lalau orang tua itu berkata dengan suara nyaring :

''Hai orang banyak! Kamu semua disini menunggu apa?'' mereka dengan terperanjat semua bangun, dan dari antara mereka itu ada yang menjawab : ''Kami sedang menunggu Muhammad!''

''Mengapa kamu semua enak tidur dengan pulasnya?'' kalau kamu menanti-nanti Muhammad disini, ia tidak akan kamu dapati,'' kata orang tua tersebut.

Mereka menyahut : ''Mengapa begitu? Muhammad tokh masih tidur di dalam, bukan?''

Kata orang tua itu : ''Hmm, kasihan! Kasihanlah kamu semua ini, oh, sangat kasihan! Muhammad sudah pergi dari tadi, mengapa kamu tunggu-tunggu saja, hai orang-orang yang gagah perkasa!''

Mereka menjawab : ''Ah, tidak boleh jadi! Kami tahu, bahwa Muhammad masih tidur di dalam, mengapa engkau bilang ia sudah pergi?''

Orang tua itu berkata : ''Kalau kamau semua tidak percaya, cobalah lihat pada kepala kamu, siapakah yang menaburkan pasir diatas kepalamu masing-masing itu?''

Kelima pemuda yang gagah perkasa lagi bersenjata lengkap yang bertugas membunuh Nabi Muhammad, itu lalu meraba kepala masing-masing dan saling memandang teman-temannya, dan ternyatalah bahwa diatas kepala mereka ada pasirnya.

''Ah, kurang ajar!'' sungut mereka itu. ''Siapakah yang menaburkan pasir di atas kepala kita? Ah, memang terlalu!''

Dalam pada itu mereka umumnya tidak mau percaya kepada perkataan-perkataan orang tua itu, sehingga salah seorang dari mereka mengetuk pintu rumah Nabi dengan sekeras-kerasnya sambil berteriak-teriak memanggil-manggil nama Nabi : ''Muhammad! Muhammad! Muhammad!'' demikianlah sampai berulang-ulang.

Oleh karena di luar rumah ada suara ramai-ramai dan ada yang mengetuk pintu dengan kerasnya, terbangunlah sahabat 'Ali r.a, dari tidurnya, lalu ia membukakan pintu itu dengan suara lemah lembut ia berkata :

''Ada apa?''

Mereka menyahut : ''Mana Muhammad?''

Sahabat 'Ali : ''Entah, saya tidak tahu.''

Mereka : ''Siapakah yang tidur tadi?''

Sahabat 'Ali : ''Sayalah yang tidur.''

Lalu mereka mengerubut sahabat 'Ali, dan diantara mereka ada yang masuk ke dalam rumah. Mereka berkata : '' 'Ali mana Muhammad? Sebetulnya ia pergi kemana?''

Ali menjawab : ''Saya tidak tahu, karena saya tidur mulai sore tadi.''

Mereka : ''Ah, amat mustahil kalau engkau sampai tidak tahu, senungguhnya bilamana Muhammad pergi dari rumah?''

'Ali menjawab : ''Saya berkata dengan terus terang, saya tidak tahu. Sebab saya tidur sejak sore tadi.''

Meraka : ''Hai 'Ali sebetulnya saja Muhammad sekarang dimana. Katakanlah dengan sebenarnya kepada kita!''

'Ali menjawab : ''Sebenarnya saya tidak tahu keman ia pergi.''

Mereka : ''Kalau engkau tidak mau berkata dengan sebenarnya, nanti engkau saya bunuh dengan ini, 'Ali!'' Mereka berkata itu sambil menunjukkan pedangnya yang terhunus kemuka 'Ali.

'Ali menjawab : ''Sekalipun saya hendak kamu bunuh, leher saya hendak kamu potong dengan itu, saya tetap berkata : tidak tahu, karena memang saya tidak tahu.''

Pendek kata sampai berulang-ulang mereka memaksa 'Ali supaya menerangkan ke mana kepergian Nabi Muhammad, tetapi ia tetap dengan teguh hati menjawab : ''Tidak tahu.''

Kemudian sahabat 'Ali di tarik keluar oleh mereka sambil di kerubut, lalu ditanya lagi oleh kelima orang pemuda itu dengan cara kejam, tetapi ia tetap menjawab ''Tidak Tahu''

Kemudian ia ditarik-tarik ke masjid, dan di dalam masjid ia di hujani dengan tendangan, tempelengan, pukulan, tinjuan dan sebagaianya oleh mereka, tetapi beliau tetap menjawab: ''Tidak Tahu.'' Demikianlah seterusnya, hingga lebih dari satu jam ia di aniaya oleh mereka. Tetapi akhirnya mereka melepaskan dia.

Friday, January 6, 2012

Iman Hijrah dan Jihad : Keputusan Rapat Tertutup itu.

Kemudian Abu Jahal menyerahkan pimpinan rapat ke tangan Abu Lahab, yang menerimanya dengan gembira. Sesudah itu Abu Jahal bangkit berdiri dengan tegaknya dan berbicara dengan lancarnya, mukanya kemerah-merahan serta air pelurnya bercucuran. Antara lain Abu Jahal berkata : ''Tuan-tuan dan saudara-saudara! Menurut pendapat saya, Muhammad itu harus selekasnya di bunuh, dipotong lehernya dan dipancung kepalanya, dengan tidak usah banyak omong lagi. Janganlah sampai terbuang tempo yang hanya sedikit, ia telah sangat memusingkan pikiran kita, menimbulkan kekacauan di antara kita, selalu menerbitkan kekacauan dalam bangsa sendiri, menyalahi agama kita dan agama yang dipeluk ole nenek-moyang kita, mencaci-maki Tuhaan-Tuhan kita yang telah beratus tahun dipuja dan disembah oleh para leluhur kita, membodoh-bodohkan para ulama kita dan mencerca adat istiadat kita, dan lain-lainnya. Dengan demikian telah nyata-nyata bahwa ia adalah seorang yang amat besar kesalahannya kepada kita!


Saya yakin Muhammad tidak akan sudi mengikut kepada kita, janganlah mengikut, sedangkan kita ajak berdamai saja telah tidak sudi. Cobalah tuan-tuan perhatikan! Barangkali tuan-tuan belum lupa akan masa yang sudah-sudah tentang bagaimana cara usaha kita yang telah kita jalankan agar ia mau meghentikan kelakuannya. Kita telah mengajak berdamai, tetapi ia sama sekali tidak mau menerima ajakan kita, bahkan membalasnya dengan ejekan yang amat menghinakan kita dan yang kita puja. Lalu ia kita balas dengan cara yang kasar pula, kita caci maki, kita hinakan, kita rendahkan, kita sakiti hatinya, sehingga pernah ia kita lempari batu, kita lempari kotoran keatas kepalanya, dan kerap kali rumahnya kita lempari barang-barang najis, kita lempari pasir kepalanya, setiap kita bertemu dengan dia dan pernah juga kepalanya kita lempari batu yang besar-besar. Tetapi ia tetap tidak bertibat kepada kita, bahkan lambat laun ia makin berani menetang kita.


Kecuali itu pernah juga ia dan pengikut-pengikutnya kita boikot dalam masa lebih kurang tiga tahun, sehingga mereka tidak bisa mendapat makanan sebagai biasanya, tidak dapat berpakaian seperti biasanya, namun ia tetap tidak mau tunduk kepada kita. Pendek kata telah cukuplah cara-cara dan usaha-usaha kita untuk merintangi Muhammad dan kelakuannya. Sebab itu ikhtiar kita sekarang ini tidak lain ialah ia harus kita pancung kepalanya atau kita tusuk perutnya. Dan kebetulan sekali, sekarang ini kawa-kawannya dan pengikut-pengikutnya serta komplotannya telah banyak yang melarikan diri, maka dari itu sekaranglah masanya jiwanya harus kita tewaskan!


Menurut hemat saya, sudah tidak ada gunanya jikalau ia diusir atau di buang dari Mekah, bahkan andaikata terjadi demikian, itu akan lebih berbahaya bagi kita kelak di kemudian hari. Dan tidak berguna juga ia kita penjarakan, kita aniaya, kita siksa setengah mati dan lain sebagainya, karena hal-hal ini pernah telah kita jalankan pada waktu yang sudah-sudah, dan hasilnya sia-sia belaka, bahkan kalau sekarang kita berbuat begitu lagi padanya, sangat berbahaya bagi kita, bukan? Oleh karena soal ini tidaklah perlu kita perbincangkan panjang lebar lagi, tetapi kita cukup kita putuskan saja, bahwa ia harus kita bunuh. Adapun cara membunuhnya, saya persilahkan kepada tuan-tuan dan saudara-saudara sekalian!


Sedang menurut pikiran saya, cara kita membunuh Muhammad itu begini saja. Kita harus mengambil pemuda-pemuda yang gagah berani lagi perkasa, mereka kita ambilkan dari suku-suku dan qabilah-qabilah yang di wakili dalam rapat ini sekarang. Tiap-tiap suku dan qabilah wajib memilih dan mengirimkan seorang pemudanya yang gagah perkasa dan mereka masing-masing harus kita bawai senjata tajam, terutama pedang. Kemudian kita suruh mereka itu datang bersama-sama ke rumah Muhammad, dan sesudah itu mereka bertemu dengan dia, dengan tidak usah berbicara sepatahpun, mereka masing-masing mengayunkan pedangnya sekali saja. Jadi kalau ada 50 orang pemuda, maka Muhammad sudah barang tentu kena pedang lima puluh kali. Dengan itu saja saya yakin bahwa seketika itu juga Muhammad pasti binasa.''


Demikianlah pendapat Abu Jahal dalam rapat itu. Lalu usul Abu Jahal itu diserahkan oleh pimpinan kepada hadlirin untuk dipertimbangkan. Dan ternyata tidak seorangpun dari hadlirin yang berani menolaknya, mengurangi dan menambah keterangan usul itu. Seluruh hadlirin diam, kecuali hanya orang tua dari Najdi penasehat itu yang mengangkat tangannya dan mengacungkan jari telunjuknya kepada pimpinan, menunjukkan bahwa ia hendak berbicara.


Setelah pimpinan rapat mingidzinkan dia berbicara, ia berkata : ''Saya sangat menyetujui pendapat dan usul yang di kemukakan oleh 'Amr bin Hisyam (Abu Jahal), tidak ada pendapat dan usul yang lebih baik dari pada itu. Karena memang sudah tiba saatnya Muhammad harus kita bunuh dengan selekas mungkin. Hanya saja saya akan mengemukakan sedikit pertimbangan mengenai usul itu. Yakni cara kita memancung kepala Muhammad dari tubuhnya itu tidak usah dengan mengambil pemuda-pemuda sebanyak 50 orang tetapi cukup kita ambil 5 orang pemuda yang gagah perkasa lagi berani dan mereka ini cukup kita ambil dari pemuda-pemuda yang sekarang ini ada disini (yang hadlir dalam rapat itu) dan dari suku-suku Quraisy saja, dan mereka itu harus di persenjatai pedang yang amat tajamnya dan senjata lain sampai lengkap. Saya bekeyakinan bahwa melawan kelima orang pemuda tersebut Muhammad sekali-kali tidak akan menang. Adapun cara kelima orang itu membunuh Muhammad, demikianlah menurut pendapat saya :'' Kelima-limanya harus harus datang bersama-sama ke rumah Muhammad, yang empat harus berdiri di depang pintu rumahnya, dan seorang lainnya (diambilkan yang paling gagah berani dan perkasa) mengetuk pintu yang biasanya di buat jalan keluar dari rumah. Seketika dia keluar dari rumah, seketika itu pula mukanya harus ditampar dengan pedang, kemudian harus dikerubut oleh kelima orang pemuda itu dan masing-masing harus memberikan tusukan-tusukan yang hebat kepadanya. Demikianlah cara yang semudah-mudahnya dari saya. Selain dari pada itu, apabila kelima orang pemuda kita itu telah membawa Muhammad ke hadapan kita, harus kita beri hadiah paling sedikit 1000 dinar.


Adapun jika kita ingin turut mengepung rumah Muhammad dan menyaksikan pembunuhan itu, itu tidak ada salahnya.'' demikianlah pertimbangan orang tua penasehat tersebut terhadap usul Abu Jahal.


Kemudian rapat itu menyetujui pendapat dan usul Abu Jahal yang telah sedikit diubah oleh penasehat iblis itu, dan akhirnya rapat itu menjadikannya sebagai keputusan rapat.


Sesudah rapat dengan suara bulat memutuskan hendak membunuh diri Nabi Muhammad s.a.w. maka sebagai penutup pimpinan rapat (Abu Lahab) berkata : ''Demi berhala-berhala Latta dan 'Uzza! Sunggih rapat kita yang mulia ini telah memutuskan suatu perkara yang tidak ringan kita kerjakan, dan sangat penteng bagi kita, ialah membunuh Muhammad dan membinasakan dia, yang telah nyata-nyata memusuhi kamu, hai berhala Latta da' Uzza! Maka dari itu mudah-mudahan keputusan itu segera dapatlah dilaksanakan! Demi arwah orang-orang tua kita dan leluhur-leluhur kita moga-moga keputusan rapat ini di beri berkah, agar supaya dapatlah kita melaksanakannya dengan semestinya, dan akhirnya dapatlah Muhammad dan para pengikutnya segera lenyap dari bumi Mekah dan sekelilingnya!''


Lalu pimpinan rapat dikembalikan ketangan Abu Jahal dan Akhirnya Abu Jahal menutup rapat yang hebat ini dengan gembira.

Perhatian kepada para sahabat mwb,
Mohon kesediaanya untuk klik SUKA pada halaman Facebook kami yaitu Iman Hijrah dan Jihad, agar jalan dakwah lewat blogger mwb ini lekas tersiar ke seluruh penjuru dunia internet dan dunia nyata, dan lebih mudah pula para sahabat mendapatkan update post terbaru, biasanya kami mempost dulu di halaman Facebook apa yang akan kami postkan di Blogger/Blogspot.com maupun di MyWapBlog.com.

Dan jangan lupa untuk selalu share ke Facebook atau pun Twitter ataupun di copas di blog anda yang lain, mudah-mudahan Allah memberikan pahala jariah kepada sahabat semua.

Bagi sahabat yang punya Blogspot.com dan MyWapBlog.com ingin kami kunjungi silahkan berkomentar di blog kami dengan alamat :
Iman Hijrah dan Jihad
http://ImanHijrahdanJihad.blogspot.com
http://MekahMadinah.mywapblog.com
Terimakasih