Monday, May 27, 2013

ISTIHA' : BAHAYA ISTIHZA Full Post dari Buku Istihza'

ISTIHZA ADALAH salah satu akhlak musuh-musuh ALLAH Azza Wa Jalla dari golongan Kafir dan Musyrik. Juga dilakukan oleh orang-orang munafiq, sebuah kelompok manusia yang dadanya di penuhi rasa kebencian kepada Agama ALLAH, Nabi dan Rasul ALLAH, Al-Qur'an dan Pemeluk Agamanya ALLAH yaitu agama Islam

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam Oleh Sebab itu, ALLAH Azza Wa Jalla menyingkap tabir perbuatan mereka ini ke hadapan Nabi-Nya, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassalam dan para sahabat beliau. Di dalam Al-Qur'an, tercantum banyak ayat yang menerangkan sikap para nabi dan rasul ALLAH terhadap perbuatan yang buruk ini dan pelakunya. Bahkan, ayat-ayat ini menjatuhkan vonis kafir bagi orang yang melakukan sendau gurau dan olok-olokan terhadap agama Islam.

Dalam sejarah, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam dikenal sebagai seorang yang paling penyayang terhdap manusia dan paling mau menerima permintaan ma'af dari orang lain yang memintanya. Namun demikian, beliau tidak mau menerima permintaan ma'af para penghina agama. Beliau tidak sudi menerima alasan orang yang menghina dan mentertawakan agama.

Ketika beliau dan para sahabatnya dicaci oleh beberapa orang dalam suatu perjalanan menuju Tabuk, datanglah sekelompok orang yang sedang bersendau-gurau. Mereka mengatakan, ''Sesungguhnya kami hanya bergurau dan bermain-main.'' Tetapi, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wassalam tidak menerima permintaan maaf mereka. Bahkan beliau membacakan kepada mereka hukum ALLAH Azza Wa Jalla yang turun dari atas langit ke-tujuh.



wala-in sa-altahum layaquulunna innam aa kunn aa nakhuu dh u wanal'abu qul abi al l aa hi wa aa y aa tihi warasuulihi kuntum tastahzi-uun a

[9:65] Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentangapa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?"



laa ta'ta dz iruu qad kafartum ba'da iim aa nikum in na'fu 'an th aa -ifatin minkum nu'a dzdz ib th aa -ifatan bi-annahum k aa nuu mujrimiin a

[9:66] Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.

Agar dapat mengetahui bahaya dan keburukan dari apa yang mereka lakukan, marilah kita melihat lebih dekat lagi keadaan mereka. Sekelompok orang yang bersendau-gurau tadi adalah orang-orang yang telah bersedia keluar berperang bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam. Mereka rela meninggalkan keluarga, isteri, anak dan kampung halaman mereka.

Padahal, saat itu adalah musim panas dengan sengatan mentari yang sangat terik. Mereka harus menghadapi lapar dan haus yang sangat hebat mencekik. Ternyata, semua pengorbanan tersebut tidak dapat memberikan pertolongan, ketika memperolok-olok Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam dan para sahabat mulia yang selalu bersamanya.


Para ulama pewaris Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassalam, semoga mendapatkan rahmat dari ALLAH Azza Wa Jalla, telah bersepakat, bahwa baik di masa yang lalu ataupun sekarang, memperolok-olok ALLAH Azza Wa Jalla, agama dan Rasul-Nya termasuk ''kufrun bawwah'' yang mengeluarkan dari Islam secara keseluruhan.

Supaya perkara ini menjadi jelas, perhatikanlah kondisi orang-orang munafik yang berada di bagian neraka paling bawah. Akan kita dapati bahwa sebab mereka dimasukkan ke dalam neraka adalah karena mereka paling keras dalam mengejek dan memperolok-olok ALLAH Azza Wa Jalla, ayat-ayat-Nya, Rasul-Nya dan orang-orang beriman. Hal ini termasuk dalam perkara yang mengeluarkan dari agama secara keseluruhan.

ALLAH Azza Wa Jalla berfirman mengenai keadaan mereka,
''Apabila dikatakan kepada mereka, ''Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang yang telah beriman'', mereka menjawab, ''''Apakah kami akan beriman sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?'' Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak mengetahui.

Dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan, ''Kami telah beriman.'' Dan apabila kembali kepada setan-setan mereka, mereka mengatakan, ''Sesungguhnya kami sependirian dengan kalian, kami hanyalah berolok-olok.''

Allah akan membalas olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.

Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaannya dan tidaklah mereka mendapatkan petunjuk''.
(Al-Baqarah: 13-16)

Begitu serius bahaya istihza' ini, sehingga dalam kitab-kitab fiqih Islam, para ulama telah menjelaskannya di dalam satu bab yang diberi judul dengan Ar-Riddah. Disebutkan, ''Tidak diragukan bahwa murtad, nilai kekufurannya lebih besar daripada kufur biasa, sebagaimana telah dikenal di kalangan para ahlul 'ilmi''.

Ibnu Qudamah Al-Maqdisy pernah mengatakan, ''Barang siapa yang mencaci ALLAH Azza Wa Jalla, ia telah kafir - baik cacian itu di lakukan dengan bergurau atau dengan sungguh-sungguh. Demikian juga orang yang mengolok-olok ALLAH Azza Wa Jalla, ayat-ayat-Nya dan para rasul serta kitab-kitab yang di turunkan-Nya.''

 Imam An-Nawawi berkata, ''Perbuatan-perbuatan yang mengakibatkan kekufuran bersumber dari kesengajaan ber-istihza' yang jelas terhadap din.'' (2)

Imam Al-Qurthubiy menukil perkataan Al-Qadhy Ibnul 'Arabiy beliau menjelaskan keadaan pelaku istihza pada perang Tabuk - berkata, ''Apa yang mereka katakan itu, tak peduli dilakukan dengan sungguh-sungguh atau dengan bergurau, bagaimana pun juga tetap di cap sebagai kekufuran.

Sesungguhnya bergurau dengan kekufuran adalah perbuatan kufur yang tidak diperselisihkan lagi di kalangan umat. Dan sesungguhnya menyampaikan kebenaran adalah saudara dari ilmu dan kebenaran, sedangkan bersendau gurau adalah saudara kebatilan dan kebodohan.''
(3)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, ''Sesungguhnya memperolok-olok Allah, ayat-ayat-Nya, atau Rasul-Nya adalah perbuatan kufur. Pelakunya di kafirkan karenanya, meski sebelumnya merek beriman.'' (4)

Adapun Imam Al-Mujaddid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab telah menetapkan satu bab di dalam kitabnya, Kitabu At-Tauhid, dengna judul, ''Orang yang bergurau dengan sesuatu yang di sebut di dalamnya nama Allah, Al-Qur'an atau Rasul, maka ia telah kafir.'' (5)

Barangkali, Imam Muhammad bin Abdul Wahhab adalah ulama umat yang paling tegas dalam menggolongkan istihza sebagai salah satu pembatal keislaman yang sangat jelas dari pembatal-pembatal Islam yang berjumlah sepuluh. Beliau menyebutkan pembatal yang ke enam yaitu, ''Memperolok-olok sebagian saja dari ajaran Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam pahala dan hukumnya.'' (6)

Adapun di antara ulama yang mengatakan kekufuran orang yang memperolok-olok agama adalah Syaikh Muhammad bin Ibrahim Ali Asy-Syaikh, Syaikh Abdyl Aziz bin Baz dan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin. (7) Dalam fatwa-fatwanya, mereka bersepakat bahwa orang yang melakukan perbuatan tersebut (istihza' ), ia telah kafir, keluar dari Islam

 Dalam Al-Quran, ALLAH Azza Wa Jalla mengingatkan orang-orang yang beriman dan melarang mereka dari perbuatan menghina dan mengolok-oloj, agar tercipta masyarakat muslim yang tegak di atas kejujuran, kebenaran, penghormatan, serta jauh dari cacat dan segala bentuk akhlak jahiliyah. ALLAH Azza Wa Jalla berfirman,

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan (mengolok-olok) kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan (mengolok-olok) kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan (di olok-olok) itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim

Ibnu Katsir mengatakan dalam tafsirnya, ''Allah melarang mengihan dan memperolok-olokkan manusia, sebagaimana yang telah dinyatakan dalam sebuah hadits shahih dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam

''Al-Kibru (sombong) adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.''
Kata ''meremehkan manusia'' artinya adalah menghina dan menganggap kecil mereka. Ini termasuk perbuatan yang haram. (8)

Ustadz Sayyid Quthb menyatakan pendapatnya dalam menafsiri ayat ini, ''Masyarakat mulia, yang ditegakkan oleh Islam dengan petunjuk Al-Qur'an, adalah masyarakat yang memiliki adab yang tinggi. Setiap orang memiliki kemuliaan yang tidak boleh di ganggu.

Kemuliaan ini adalah di antara kemuliaan yang terkumpul. Mencela seseorang manapun berarti telah mencela diri sendiri.

Sebab, hakikat jama'ah semuanya adalah satu; kemuliannya juga satu. Al-Qur'an memanggil orang-orang mukmin dengan panggilan yang disukai, yaitu ''Hai orang-orang yang beriman'' dan melarang suatu kaum mengejek kaum yang lain atau seseorang kepada orang lain. Sebab, bisa jadi mereka yang di olok-oloj memiliki kedudukan yang lebih baik disisi Allah dari pada mereka yang berbuat olok-olok. Demikian juga kaum wanita mengolok-olok wanita lain karena sebab bisa jadi wanita yang diolok-olok lebih baik dalam timbangan ALLAH Azza Wa Jalla.

Kadang orang kaya harta mengolok-olok orang miskin; orang kuat mengejek orang lemah; yang pintar atau yang pandai menghina yang bodoh dan yang biasa-biasa saja; yang banyak anak mengolok-olok yang tidak memiliki anak; orang yang mempunyai keluarga menghina orang yatim, yang tidak berayah; seorang wanita cantik mengejek wanita buruk rupa; anak muda mengolok-olok orang tua renta; wanita yang berkelakuan baik menghina yang berkelakuan jelek; atau wanita kaya mengolok-olok wanita miskin. Akan tetapi, semua ini adalah nilai-nilai dunia yang tidak dijadikan sebagai ukuran. Timbangan ALLAH Azza Wa Jalla diangkat dan diturunkan bukan dengan menggunakan ukuran-ukuran ini.

Termasuk dalam hal cacian dan hinaan adalah saling memanggil dengan julukan jelek yang dibenci oleh orang yang dijuluki dan menceritakan aib dan cacat padanya dengan celaan. Diantara hak seorang mukmin terhadap mukin lainnya adalah tidak memanggilnya dengan julukan yang tidak disukai; dan mengunjungi mereka.'' (9)


Mengolok-olok Islam dan pemeluknya, baik dilakukan dengan sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan dapat membatalkan keimanan seseorang.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, ''Menghina dan mencela dengan hati dapat menghilangkan iman yang ada di dalam hati. Demikian juga, mengolok-olok dengan lisan menghilangkan iman yang tampak dengan lisan.'' (10)

10. Ash-Sharimu Al-Maslul 'ala Syatimi ArkRasul, hal. 370. Ditahqiq oleh Muhammad Muhyidin Abdul Hamid.