Sunday, November 13, 2011

Iman Hijrah dan Jihad : Betulkah Islam tersiarnya dengan pedang?

Berhubung berkenaan dengan soal ''jihad'' terhadap Kafirin, Musyrikin dan Munafikin, maka perlulah soal jihad terhadap ketiga golongan tersebut kami jelaskan seperlunya. Dan pertanyaan yang tercantum diatas sebagai topik ini dapat dijawab dengan alasan-alasan dan bukti-bukti dalam kitab suci Al-Qur'an dan kitab hadits serta kitab tarikh yang boleh dipercaya.


Pertama-tama pertanyaan itu kami jawab dengan tegas : ''Tidak, sama sekali tidak!''


Dakwaaan atau tuduhan orang yang mengatakan : '' Bahwasanya Islam itu tersiarnya dengan pedang terhunus, atau lebih tegas dengan peperangan, itu adalah tuduhan yang membabi-buta dan atau dakwaan yang berasal dari oraang yang berasal dari orang yang tidak sudi mengenal kebenaran.


Dakwaan atau tuduhan semacam itu, mula-mula timbul atau berasaal dari orang-orang yang berniat memusuhi Islam dan dengki kepada Nabi umat Islam yaitu Nabi Muhaammad dan berniat hendak memadamkan cahaya Islam dan semangat Al-Qur'an. Akhirnya tuduhan itu terbit juga dari orang-orang yang sama sekali belum mengerti tentang seluk-beluk Islam yang sebenarnya. Bahkan pada masa akhir-akhir ini di seluruh dunia Islam penuh dengan suara dakwaan demikian dari fihak musuh-musuh Islam. Dakwaan atau tuduhan itu sudah tentu diterima dengan mentah-mentah dan dengan gembira oleh orang-orang yang telah menjadi 'abdul-fulus(hamba uang) dan atau 'Abdul-buthun(hamba perut). Karena jika mereka tidak mau menyokong tuduhan itu niscaya saku mereka akan kosong dan perut mereka akan keroncongan. Untuk menyangkal dakwaan tersebut, cukuplah mengetahui riwayat sebenarnya.


Harus diselidiki dan diperiksa, betapa perjuangan Nabi Muhammad dan kaum pengikutnya sejak hari terutusnya sampai hari hijrahnya ke Madinah, dan hingga saat beliau menerima wahyu yang memerintahkan berperang terhadap kaum-kaum Kafirin, Musyrikin dan Munafiqin?


Dan bagaimanakah riwayat kaum Quraisy dan lain-lainnya yang kemudian menjadi pengikut-pengikut beliau, betulkah mereka itu mengikut karena dipaksa oleh Nabi Muhammad s.a.w?


Selama kurang lebih 13 tahun lamanya Nabi Muhammad berdakwah di kota Mekah, dan dakwahnya atau seruannya itu ditujukan kepada keluarganya, kepada saudara-saudaranya, kepada kaum kerabatnya dan akhirnya kepada segenap manusia dari segala bangsa dan dari segala lapisan, sedangkan yang diserukan oleh Nabi Muhammad adalah perkara-perkara yang dapat difikirkan dengan fikiran yang sehat. Akan tetapi, selama itu siapakah yang lebih dahulu mencaci maki dengan perkataan-perkataan yang kotor, mencela dengan suara-suara yang keji, mendustakan dengan perkataan-perkataan yang penuh kesombongan, mengejek-ejek dengan suara-suara yang melampui batas kesopanan, melakukan perbuatan-perbuatan dan kekejaman-kekejaman yang benar-benar telah melampui batas-batas perikemanusiaan sehingga menewaskan jiwa orang-orang yang tidak bersalah?


Kitab-kitab tarikh yang besar-besar cukup menjadi saksi yang sebenarnya-benarnya, siapakah yang melakukan semua perbuatan tersebut, tidak lain dan tidak bukan ialah orang-orang yang membabi-buta, tidak akan dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, yaitu mereka kaum Musyrikin dan kaum Kafirin.


Sekalipun begitu, Nabi Muhammad selama itu berdakwah dengan cara yang baik dan lemah lembut, dan tetap suka bertukar pikiran dan bermusyawarah dengan cara-cara yang sewajarnya yang bersifat mencari dan menuntut kebenaran, dan tidaklah pernah beliau memaksa supaya memeluk Islam, baik secara paksaan yang halus maupun paksaan yang kasar, baik dengan uang maupun dengan pedang, sama sekali tidak pernah. Adapun orang-orang yang mengikut seruan beliau, mereka berbuat demikian itu adalah dengan tulus iklash, bukan karena dipaksa, tetapi karena hati kecil mereka terbuka untuk menerima dan mengikuti kebenaran. Akan tetapi mereka ini menghadapi bermacam-macam rintangan dan halangan, mengalami berbagai-bagai kekejaman dan penindasan, yang diperbuat oleh mereka yang tidak suka menerima kebenaran. Sehingga pada masa itu, diantara pengikut-pengikut Nabi Muhammad yang menghadapi bermacam-macam ancaman dan mengalami berbagai penganiayaan, dan karenanya mengadukan halnya kepada Nabi Muhammad s.a.w, namun masih juga mereka diberi peringatan oleh beliau dengan sabda :

''ishbiruu Fainlam umur bilqitaal''

''Sabarlah kamu sekalian! Karena sesungguhnya aku belum diperintah dengan berperang.''

Dengan uraian diatas jelaslah bahwa adanya peperangan yang dikerjakan oleh Nabi Muhammad dan kaum Muslimin pada masa itu dan peperangan-peperangan lainnya di dalam Islam, sekali-kali bukanlah untuk memaksa kaum-kaum Musyrikin dan Kafirin untuk supaya mengikut Islam.


Bahkan didalam Islam sebenarnya tidak ada paksaan supaya orang memeluk Islam, dan terUtusnya Nabi Muhammad sekali-kali bukanlah diperintahkan untuk memaksa orang supaya memeluk Islam. Diutusnya Nabi Muhammad oleh ALLAH itu adalah supaya beliau berseru kepada manusia untuk menyembah ALLAH, dan menerangkan yang benar dan mana yang salah, memberikan contoh dengan kelakuan-kelakuan yang baik yang sesuai dengan asal kejadian manusia. Demikianlah sebagaimana telah dinyatakan oleh ALLAH dalam firman-firmannya kepada Nabi Muhammad yang diantara lain demikian :

''Laa ikrata fiddiini qad tabayyanar rusydu minnal ghayya''

''Tidak ada Paksaan di dalam agama, karena sesungguhnya telah nyata yang lurus dari yang bengkok''(Al-Qur'an Al Baqarah ayat 256)


''Fadzakir innamaa anta mudzakir. Lasta 'alaihim bimusaithirin.''

''Maka Hendaklah engkau(Muhammad) ingatkan, karena sesungguhnya engkau itu hanya seorang pemberi ingat. Bukanlah engkau itu seorang yang berkuasa memaksa atas mereka'' (Al Qur'an surat Al-Ghasyiyah ayat 21-22)


''Fain a'radhuu famaa arsalnaaka 'alaihim hafiidhan in 'alaika illal balagh ''

'' Maka jikalau mereka berpaling, tidaklah Kami(ALLAH) mengutus engkau(Muhammad) menjadi penjaga mereka. Tidak lain ats engkau melainkan bertugas menyampaikan.'' (Al-Qur-an surat As-Syura ayat 48)


Demikianlah ayat-ayat ALLAH tersebut dan lain-lainnya lagi yang serupa itu, yang termaktub dalam Al-Qur-an, masih dapat diketahui oleh siapa saja yang bermaksud menuntut kebenaran dan melemparkan kesesatan.

0 komentar:

Post a Comment

Berkomentarlah dengan santun