Tuesday, June 19, 2012

Iman Hijrah dan Jihad Blogspot[dot]Com ; KEBANGKITAN ISLAM : BAGAIMANA DENGAN ''DUNIA ISLAM?''



Untuk menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita memberikan tanggapan dan pendapat atas kemampuan dua Blok Besar dunia yang telah kita gambarkan terdahulu. Kemampuan mereka mencapai prestasi seperti itu adalah dikarenakan pencapaian mereka di berbagai bidang aspek kemajuan, terutama kemajuan ilmu dan teknologi yang telah mereka kuasai dalam kehidupan ini, sehingga terkuasainya ilmu dan teknologi mampu memberikan kekuatan yang berarti dalam kehidupan secara individu maupun berkelompok,yang akibatnya mampu menguasai perjalanan sejarah dunia di mana mereka hidup.



Berbagai kejayaan yang pernah dicapai Ummat Islam dalam beberapa abad yang lalu baik sejak Dinasti Umayyah sampai Abbasiyah maupun Utsmaniyah, kuncinya adalah penguasaan ilmu dan teknologi juga.



Tokoh-tokoh ilmu pengetahuan muslim pada masa lalu menjadi penyumbang kemajuan peradaban dunia, dicatat oleh sejarah peradaban manusia hingga kini. Semua itu telah berlalu ditelan masa, sedangkan apa yang dialami oleh Dunia Islam masa kini berbicara lain, masih jauh dari makna kemajuan. Sehubungan dengan itu, pada waktu tibanya abad XV Hijriyah dua dasawarsa yang lalu, tepatnya pada bulan November 1980 M, bertepatan dengan pergantian abad hijriyah memasuki abad ke-15, ummat Islam menyambutnya dengan suatusikap dan tekad, bahwa abad ke-15 Hijrah adalah merupakan abad kebangkitan Ummat Islam. Di sana-sini, di berbagai negara-negara Muslim Ummat Islam menyambutnya dengan gegap gempita sebagai abad Kebangkitan Ummat. Banyak orang menandai Abad 15 ini sebagai Abad Kebangkitan adalah dengan tampilnya Revolusi Iran yang mampu merobohkan kekuatan Kerajaan menjadi Republik Islam.



Dan apa yang diyakini sebagai abad kebangkitan Islam ini ternyata masih dirajut dengan berbagai konflik antar negara-negara Islam itu sendiri, baik diakibatkan oleh konflik intern maupun ekstern. Abad Kebangkitan Ummat Islam diawali denqan konflik besar antara Republik Irak dengan Republik lslam Iran, peperangan dahsyat yang menelan waktu selama 7 tahun, mengorbankan nyawa ratusan ribu muslimin dan memusnahkan berbagai sumber daya lainnya, perang berhenti hanya karena masing-masing sudah kehabisan tenaga. Awal tahun 1980, Uni Soviet mengadakan invasi ke Afganistan, salah satu negara berpenduduk mayoritas Islam. Selama hampir 10 tahun Afganistan dibuat porak poranda oleh kekuatan negara adidaya komunis itu.



Pada bulan Agustus 1990, Irak menyerbu Kuwait dan mendeklarasikan bahwa Kuwait sebagai propinsi ke-19 bagi negara Irak. Januari 1991 pasukan koalisi pimpinan Amerika menyerang Irak dan memporak-porandakan Irak dan mengusir pasukan Irak dari Kuwait. Afganistan yang belum sembuh dari akibat invasi mendiang Uni Soviet, sepuluh tahun kemudian (akhir 2001) dibumihanguskan kembali oleh pasukan sekutu, di bawah pimpinan Amerika Serikat. Afganistan lumpuh, Irak lumpuh, Iran pun belum bangkit sepenuhnya dari akibat peperangan dengan Irak.



Belum lagi pergolakan di Palestina, yang setiap saat diselenggarakan perjanjian perdamaian antara masing-masing yang bersengketa namun sampai detik ini tak dapat diwujudkan perdamaian itu. Keganasan yang nyata-nyata dilakukan oleh kekuatan Yahudi seperti menjadi hal yang lazim, dunia tutup mata, kekuatan adidaya pun bersikap ganda. Dan konflik sepertinya tidak berhenti sampai di sini, sebab pertempuran hidup mati yang tidak seimbang terus berjalan di Palestina antara Israel dan Palestina.



Organisasi Konferensi Islam (OKI), perserikatan negara-negara berpenduduk Islam didirikan pada tanggal 25 September 1969 yang kini beranggotakan lebih dari 50 negara-negara berpenduduk Muslim, merupakan akibat dari aksi kekerasan yang dilakukan oleh Israil. Suatu gagasan konsolidasi Ummat lslam sedunia untuk membebaskan Yerusalem dari genggaman Israil.



Selain kegiatan politik, selanjutnya OKI juga menangani berbagai permasalahan yang lebih luas berkenaan dengan politik, ekonomi dan sosial budaya. Namun organisasi perserikatan ini sampai memasuki abad XV Hijriyah ini belum dapat dirasakan kesannya bagi kemajuan negara-negara anggotanya (yakni negara-negara Islam sedunia), hal ini sangat terasa tidak adanya pengaruh keberadaannya bagi kebrutalan tindakan negara Israil terhadap Palestina.



Abad XV Hijrah yang disambut sebagai abad kebangkitan Islam ini, sampai dengan tahun ini, yang hampir memasuki seperempat abad, ternyata belum menunjukkan adanya indikasi yang menunjang ke arah kebangkitan itu sendiri. Dunia Islam masih tampak stagnan, sementara masyarakat dunia di luarnya semakin bergerak maju, tanpa berhenti. Namun dibalik itu semua, masih ada suatu optimisme (yang beralasan), sedikitnya dunia Islam telah menorehkan kesadaran bahwa Abad ini disikapi sebagai Abad Kebangkitan, paling tidak, sikap dan kesadaran itu dapat mendorongnya menuju kebangkitan yang dicita-citakan.



Kebangkitan seperti apa yang dicita-citakan itu ? Belajar dari sejarah perjalanan panjang ummat manusia, kebangkitan itu harus diberi pigura yang jelas. Kebangkitan yang dicita-citakan adalah bangkit untuk ikut menata dunia bersama masyarakat lainnya menujutercapainya kesejahteraan dan perdamaian dunia (Q.S 106:3-4).



Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka`bah).

Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. (Qs. Al-Quraisy:3-4)



Bangkit menata masyarakat adalah mengerahkan daya dan upaya untuk terus berpikir dan berbuat bagaimana mengembangkan diri dan membawa anggota masyarakat menjadi warga masyarakat yang cerdas, dengan kecerdasannya mereka mampu menguasai sain dan teknologi yang terus berkembang maju tanpa berhenti. Berfikir dan berbuat tanpa henti untuk meningkatkan produk yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai lapisan masyarakat, sehingga dapat memiliki andil dalam kebersamaan meminimalkan beban akibat kemiskinan. Berfikir dan berbuat tanpa henti untuk mewujudkan kebajikan dan kebijakan politik yang mampu mensejahterakan tatanan kehidupan ummat manusia. Kebangkitan seperti itulah yang harus dijadikan ukurannya.



Sekarang, pertanyaannya adalah dari mana kita memulainya ? Tentunya, sebagai jawabannya adalah kita mulai dari diri kita sendiri. Kita adalah warga masyarakat dunia yang bermustautin di sebuah negara.Negara yang kita berada di dalamnya dapat dinamakan Indonesia, Malaysia, dan lain sebagainya. Sebagai warga negara Indonesia, kita harus memulai semua itu dari titik Indonesia. Kita mempersiapkan semua bentuk kebangkitan yang dicita-citakan itu adalah dari Indonesia. Artinya, sebagai Ummat Islam Bangsa Indonesia, kita harus berani mereformasi diri dalam arti kata yang sebenar-benarnya dan seluas-luasnya.



Bukan reformasi tradisionalistis yang hanya dilandasi oleh keyakinan luas bahwa lembaga dan praktek kita lebih unggul daripada apa pun yang dikembangkan di berbagai negara maju (Barat). Bukannya dimaknai bahwa lembaga kita (Islam) adalah merupakan spirit dan kekuatan yang harus diwujudkan dalam sebuah tatanan hidup yang practicable ((صالح untuk setiap zaman dan tempat. Reformasi tradisionalistis yang menjurus kepada upaya memulihkan cara-cara lama, menghukum person-person yang dianggap menyeleweng dan tidak cakap.



Mereformasi diri yang kita maksudkan, bukan seperti itu. Reformasi tradisionalistis itu mesti dimodifikasi menjadi suatu reformasi diri yang aktual, yaitu : Suatu pengakuan (اعتراف) yakni kesediaan mengakui bahwa pencapaian Barat atau kekuatan lainnya (dalam berbagai aspek kehidupan) telah jauh meninggalkan kita. Mestinya kita tidak meletakkan Barat sebagai momok yang harus kita jauhi, hanya karena kita berkeyakinan bahwa kita sebagai manusia Timur.



Bukankah ajaran yang telah sampai kepada kita bahwa lembaga kita (Islam) adalah bukan Kebaratan dan juga bukan Ketimuran (Q.S. 24/35, Q.S. 2/177, Q.S. 21/107).



Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atascahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Nur:35)



Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Baqarah:177)



Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Anbiya:107)



Mereformasi diri juga berkenaan dengan sikap mental yang selama ini kita bersikokoh untuk bersikap dependent dalam mengurus dan mendanai perjalanan perjuangan bangsa (membangun). Mereformasi diri dari sisi etos kerja yang selama ini kita menjadi kelompok bangsa yang etos kerjanya sangat rendah.



Jika kita berbicara penataan kembali Dunia Islam dan memulainya dari Indonesia, bukan hanya karena kita adalah orang Indonesia, namun ada juga alasan yang lain, bahwa Indonesia adalah anggota masyarakat Dunia Islam yang terbesar jumlah penduduknya (hampir 25% penduduk negara-negara OKI tinggal di Indonesia), dan juga karena sumber daya yang tersimpan di bumi Indonesia adalah merupakan kekayaan yang sangat mungkin dapat menjadi sumbangsih bagi masyarakat Dunia Islam dan seluruh dunia pada umumnya sebagai kebajikan bangsa Indonesia bagi ummat manusia kelak. Karenanya, menata Indonesia menjadi negara yang stabil dalam segala bidang kehidupan, akan mengangkat harkat dan martabat Dunia Islam. Sebagai catatan, jumlah penduduk dunia yang beragama Islam, tidak kurang dari 1.188.242.000 jiwa. Sedangkan penduduk Muslim Indonesia berjumlah tidak kurang dari 16% dari semua jumlah Muslim sedunia.



Follow @ImanHijrah



Tweet



Tweet #TwitterStories



Tweet to @ImanHijrah

0 komentar:

Post a Comment

Berkomentarlah dengan santun