Wednesday, December 7, 2011

Iman Hijrah dan Jihad : Akibat dan bahaya bagi kaum Muslimin yang tidak berjihad

Nabi Muhammad s.a.w., pernah bersabda :

''Idztaraktumul jihaada sallathallah 'alaikum dzullayanzi'uhu hatta tarji'u ilaa dinikum''
''Apabila kamu meninggalkan jihad, ALLAH pasti menurunkan atas kamu kehinaan, ALLAH tidak mencabutnya sehingga kamu kembali kepada agamamu''
(Hadts riwayat Abu Dawud dan lainnya dari Ibnu 'Umar r.a.)


''Man maata walam yaghzu wa lam yuhaddats bihi nafsah mataa 'alaa syughbati minnafaaq''
''Barang siapa mati, padahal ia belum pernah berperang, dan tidak pernah bercita-cita pada dirinya akan berperang, ia mati di atas sati cabang dari nifaq.''
(Hadits riwayat Muslim, Abi Dawud dan Nasa'i dari Abi Hurairah r.a.)


''Man laqiyallah bighairi atsari min jihaadin laqiyallaha wa fiihi tsulmatun.''
''Barang siapa yang menghadap kepada ALLAH dengan tidak ada bekas dari Jihad, ia bertemu kepada ALLAH dan padanya sumbing.''
(Hadits Riwayat Trumudzy dan Ibnu Majah dari Hurairah r.a.)


''Maa taraka qaumul jihaada illa 'ammahumullahu bil'adzabi.''
''Tidak meninggalkan suatu kaum akam jihad, melainkan ALLAH pasti meratakan 'adzab kepada mereka.''
(hadits Riwayat Ath Thabarany dari s. Abu Bakar r.a.)


Dengan empat riwayat ini jelas, bahwa orang yang meninggalkan perintah jihad, tidak pernah jihad membela aga,a ALLAH untuk meninggikan kalimah-Nya, ia akan menerima akibat dan bahayanya. Di dunia ini ia akan memperoleh kehinaan dan kerendahan serta adzab dari ALLAH, dan di akherat kelak ia akan kelihatan kekurangan agamanya, karena ia ketika mati dalam suatu cabang dari pada cabang nifaq(munafiq)


Berhubung dengan hadits-hadits sebagai yang tersebut diatas dan lain-lainnya yang tidak kami sebutkan disini, maka dapatlah diambil kesimpulan, bahwa hukum wajib berjihad untuk menegakkan agama ALLAH dan meninggikan Kalimah-Nya itu tetap berlaku di sepanjang masa dan disegala tempat. Terkecuali jika sudah tidak ada lagi orang kafir, orang musyrik dan sebagainya yang suka merintangi Islam, menghalang-halangi tersiarnya Islam dan mengganggu kaum Muslimin dalam mengerjakan agamanya.

Dalam pada itu, tiap-tiap orang Islam wajib mengingat pula kepentingan dan kebesaran berjihad. Karena Nabi Muhammad s.a.w., sendiri pernah bersabda :

''ALLAH telah menetapkan bagi barang siapa yang keluar dalam Jalan-Nya(agama-Nya), ia tidak keluar melainkan karena iman kepada-Ku dan membenarkan kepada utusan-KU, bahwa ia akan AKU kembalikan(pulangkan) dengan apa yang ia peroleh daripada pahala atau jarahan atau Aku masukkannya ke Surga. Dan andai kata saja tidak menguatirkan akan memberatkan atas ummat saja, niscaya saya tidak akan duduk di belakang barisan bala tentara yang berperang. Dan sungguh saya senantiasa berharap-harap bahwa saya supaya dibunuh di dalam peperangan membela jalan ALLAH, kemudian saya dihidupkan, kemudian dibunuh, kemudian dihidupkan lagi, kemudian dibunuh lagi.''
(Hadits riwayat Bukhary, Muslim dan lain-lainnya dari sahabat Abi Hurairah r.a.)


Hadits ini jelas antara lain mengandung keterangan, bahwa orang yang keluar (pergi) dari rumahnya atau negerinya untuk berperang membela agama ALLAH, yang keluarnya lantaran dari imannya kepada ALLAH dan kepercayaanya kepada utusan-Nya, ALLAH telah menetapkan bahwa ia akan di pulangkan oleh-Nya dengan membawa apa yang diperolhnya dalam peperangan, yaitu dari pahala atau jarahan dan kalau tewas akan di masukkan-Nya kedalam Surga. Atau dengan perkataan lain : jika kembali dalam keadaan hidup, ia membawa ghanimah; dan jika ia gugur dalam peperangan' ia akan memperoleh Jannah.


Orang yang suka memeperhatikan bunyi hadits ini tentu mengerti, bahwa berjihad membela agama ALLAH, karena iman kepada-Nya dan karena kepercayaan kepada RasulNya, itu mengandung kepentingan yang besar.


Selantjutnya harus diperhatikan pula oleh tiap-tiap orang yang telah mengaku Muslim, bahwa andai kata berjihad itu tidak mengandung kepentingan yang besar bagi kaum Muslimin, maka sudah barang tentu tidak diperintahkan oleh ALLAH sampai berpuluh ayat di dalam kitab-Nya, dan sudah barang tentu tidak akan dijelaskan oleh Nabi Muhammad s.a.w sampai beberapa ratus hadits dan pernah juga di contohkan oleh beliau sampai beberapa kali perang.

0 komentar:

Post a Comment

Berkomentarlah dengan santun