Monday, December 26, 2011

Iman Hijrah dan Jihad : Kesetiaan Nabi Muhammad S.A.W. Dalam Menyempurnakan Janji

Tentang kesetiaan Nabi Muahammad s.a.w dalam menyempurnakan janjinya, dalam riwayat, telah cukup dikenal di kalangan masyarakat, saat itu. Jika Nabi Muhammad s.a.w. sejak kecil mula sudah terkenal kejujurannya dan kebenarannya, maka sudah barang tentu beliau seorang yang setia dalam menyempurnakan janji dan menunaikan amanat. Dan, memang sifat Nabi utusan ALLAH itu harus amanah, disamping sifat kebenarannya. Dikala Nabi Muhammad s.a.w. hendak masuk ke kota Mekkah dengan mengerjakan Umrah, para pemuda Mekkah berkata kepada beliau : ''Demi Allah, wahai Muhammad ; Engkau tidak terkenal sebagai pemungkir atau perusak janji, baik dimasa kecil maupun di masa sesudah besar.''

Pengarang Asy Syifa menegaskan dengan katanya :

''Fakaana Amannaasi wa'adalannasa wa'afannaasa washdaqahum lahjatan.''

''Makaa adalah Nabi s.a.w. itu orang yang paling setia menunaikan amanat, orang yang paling adil, orang yang paling memelihara diri dan orang yang paling benar omongannya.''


Orang yang hendak mengetahui tentang sifat kejujuran dan kesetiaan Nabi cukup memperhatikan pimpinannya. Beliau amat keras mengancam orang yang suka bercedera, menyalahi janji dan berdusta.


An Nadhar bin Harits, seorang Quraisy yang sangat memusuhi Nabi ketika masih di Mekkah, pernah berkata di muka para kawannya dalam suatu pertemuan para ketua kaum Quraisy, dikala membicarakan bahaya seruan Nabi Muhammad, katanya;

''Adalah Muhammad itu di antara kamu, seorang pemuda yang paling disukai dan paling benar perkataannya dan paling besar amanatnya ; tetapi ketika kamu telah melihat uban di pelipisnya dan ia membawa apa-apa yang ia bawa kepada kamu, lalu kamu berkata ; ''Ia tukang sihir.'' Demi ALLAH, ia bukan tukang sihir.''

Jelaslah, bahwa orang yang sangat memusuhi kepada dakwah Nabi Muhammad sendiri mengatakan bahwa beliau seorang yang paling benar dan paling jujur menunaikan amanat di antara mereka di kala masih mudanya.

Dan jika sekiranya pribadi Nabi Muhammad s.a.w. tidak mempunyai sifat amanah dan setia menyempurnakan janji sejak dikala sebelum diangkat menjadi Nabi, niscaya Siti Khadijah, istri beliau yang pertama tidak akan menyerahkan membawakan dagangannya kepada beliau untuk dijualkan di negeri Syam. Dan selanjutnya jika beliau tidak bersifat jujur serta pemelihara janji, niscaya Siti Khadijah tidak akan memilih beliau untuk diambil sebagai suaminya, karena beliau seorang pemuda yang papa, sedang Khadijah seorang janda hartawan terkemuka.

Dalam sejarah kehidupan Nabi, telah cukup jelas diriwayatkan, bahwa belum pernah ada suatu perjanjian yang dilanggar oleh Nabi atau tidak disempurnakannya. Bahkan beberapa kali para musuh beliau dalam berjanji dengan beliau tidak menyempurnakannya dan melanggarnya, tetapi beliau tetap memelihara janji yang telah di janjikannya.

Alhasil, baik lawan maupun lawan dikala itu, tidak seorang pun yang tidak mengakui kejujuran dan kesetiaan Nabi dalam menyempurnakan janji.

Silahkan berlangganan RSS untuk Update Post Terbaru.

1 comment:

Berkomentarlah dengan santun