Saturday, May 19, 2012

Kebangkitan Islam : ABBASIYAH ( BANI ABBAS))



Perebutan kekuasaan lagi-lagi mewarnai perjalanan sejarah perpanjangan dinasti dalam khilafah Islam. Propaganda Abbasiyah dimulai sejak pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz (Bani Umayyah, 717-720). Pusat gerakan Bani Abbas adalah kota Kuffah dan Khurrasan, di bawah pimpinan panglima perang yang tersohor bernama Abu Muslim al-Khurrasan. Dalam pertempuran perebutan kekuasaan, Bani Abbas mendapat kemenangan dan dapat menguasai Siria (Syam). Selanjutnya, kota demi kota dapat dikuasai.



Sejak tahun 132H/750M itulah Daulah Abbasiyah dinyatakan berdiri dengan khalifah pertamanya adalah Abu Abbas al-Saffah. Daulah ini berlangsung sampai tahun 656H /1258M. Masa yang panjang itu dilalui dengan pola pemerintahan yang berubah-ubah sesuai perubahan politik, sosial, budaya, dan penguasa. Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas (Abbasiyah), dinasti-dinasti bermunculan, seperti Dinasti Fatimiyah, Ayyubiyah. Dan pada masa Dinasti Fatimiyah inilah berdiri sebuah tempat pendidikan yang monumental, Al-Azhar (Jami’ah al-Azhar) sejak tahun 970M, yang sampai kini menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan (khususnya keagamaan).



Adanya goodwill pemerintah Bani Abbas (yang melanjutkan pemerintahan Bani Umayyah), yang berpusat di Irak dan Baghdad sebagai ibukotanya, untuk membangun dan memajukan berbagai sistem, sarana prasarana bidang pemerintahan, ekonomi, politik, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan pendidikan, filsafat, keagamaan dan lain-lainnya, dapat dinyatakan sebagai asas kehidupan modern untuk abad dan millenium kita sekarang ini.



Puncak keemasan Bani Abbas tatkala di bawah pemerintahan Khalifah Harun al-Rasyid dan Khalifah al-Ma’mun di awwal paro pertama abad ke-9 M. Kekayaan kebudayaan dan peradaban Islam sangat mengharumkan dunia dan terus dikenang sampai kini. Dari Baghdad ibukota pemerintahan Bani Abbas, memancar sinar kebudayaan Islam ke berbagai penjuru dunia.



Dalam bidang pemerintahan, seluruh suku, baik Arab maupun non Arab mendapatkan kesempatan yang sama untuk mendukung jabatan politik, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Dalam bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan, digalakkan pengembangan pendidikan dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi, dengan memberikan kebebasan berfikir dan menyatakan pendapat. Ulama (cendekia) didorong untuk mendiskusikan berbagai masalah keagamaan, filsasafat, dan ilmu pengetahuan. Mendorong gerakan terjemah karya-karya ilmiyah dari berbagai bahasa (Yunani, Persia, Suria, India, Koptik, dll) ke dalam bahasaArab (sebagai lingua franca Islam ketika itu). Ribuan judul buku diambil dari perpustakaan-perpustkaan lamadiboyong dan diterjemahkan. Gerakan penerjemahan ini berjalan tidak kurang dari 100 tahun dengan fasilitasyang sangat cukup.



Pendidikan dilaksanakan di mesjid atau di rumah-rumah. Mesjid-mesjid dilengkapi dengan ruang baca dan perpustakaan. Pendidikan dasar dan menengah dinamakan Kuttab, pendidikan tinggi dimulai di Baitulhikmah (lembaga ilmu pengetahuan yang menjadi tanda kekuatan penuh kebangkitan Timur Islam).



Pendekatan pendidikan dan pengajaran dengan kurikulum yang tidak mengenal dikotomi ilmu (antara agama dan umum). Para sarjana Islam mengkaji dan mengembangkan berbagai ilmu : kedokteran, kimia, fisika, farmakologi, astronomi, astrologi, matematika, geografi, historiografi, filsafat, kesusastraan, seni musik, tafsir, ilmu hadits, fikih, teologi, bahasa dan tasawuf. Mereka bukan hanya pakar dalam satu bidang ilmu, namun dalam berbagai bidang akibat dari pendekatan ilmu non-dikotomis. Pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam yang pesat ini bukan hanya berpusat di ibukota negara, melainkan berpengaruh dan menyebar di berbagai kota propinsi wilayah kekuasaan Bani Abbas yang tersebar di berbagai tempat.



Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban ummat manusia yang menjadi simbol kemajuan ummat Islam dan ummat manusia secara universal yang berpusat di Baghdad dan di berbagai wilayah kekuasaan Bani Abbas yang memerintah selama lebih dari lima abad (750M-1258M), yang terdiri dari 37 khalifah peneraju pemerintahan, Tiba-tiba sejarah menulis dengan tangannya sendiri. Dan mengakhiri kekuasaan Khilafah Bani Abbas dari panggung sejarah Islam. Tragedi sejarah peradaban ummat manusia yang sangat tragis menimpa peradaban universal. Pada akhir kekuasaan Bani Abbas tepatnya pada kekuasaan Khalifah Al Musta’sim (1242-1258M) tragedi tragis itu terjadi. Di saat faktor-faktor kelemahan mulai mengkristal, seperti:



1. Adanya persaingan yang tidak sihat antara beberapa bangsa yang terhimpun dalam Daulah Abbasiyah, terutama Arab, Turki dan Persia.



2. Adanya konflik aliran pemikiran dalam Islam yang sering menyebabkan timbulnya konflik berdarah



3. Munculnya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dari kekuasaan pusat di Baghdad, dan



4. Kemerosotan ekonomi akibat kelemahan dan kemunduran politik.



Sebuah kerajaan negara tetangga Mongolia dengan rajanya yang bergelar Jengiz Khan (raja yang kuat) mengadakan serangan strategis dimulai dari Bukhara (tempat kelahiran Imam Bukhari), Uzbekhistan (1220), mereka dalam sejarah menghancurkan seluruh bangunan : mesjid-mesjid, sekolah-sekolah, perpustakaan, dan seluruh kitab dan buku-buku, membumihanguskan Bukhara menjadi rata dengan tanah seakan belum pernah ada sebelumnya.



Pembumihangusan (total destruction) dilanjutkan ke Samarkan (kota besar setelah Bukhara), Uzbekistan. Serangan haus darah ini menurut catatan sejarah yang ditulis oleh Amir Ali (The Spirit of Islam), menyatakan tidak kurang dari 1.747.000 jiwa terbunuh di Nisabor dan 1.600.000 jiwa terbunuh di Herat.



Kemudian serangan dan penghancuran diteruskan ke Baghdad. Hulagu Khan keturunan dari Jengiz Khan, yangmewarisi kekuasaan Persia, Suriah dan Asia Kecil meneruskan serangan bumi-hangus yang diarahkan ke Baghdad, tercatat dalam sejarah pada tahun 1258, Baghdad dapat dikuasai oleh Hulagu, selama satu pekan Hulagu dengan leluasa menghancurkan Baghdadbeserta rakyat dan seluruh yang ada di dalam Kota Baghdad. Dunia patut menangisi peristiwa ini, sebab seluruh khazanah ilmu pengetahuan berupa kitab dan buku-buku yang memuat ilmu pengetahuan dan peradaban kemajuan umat manusia hancur luluh dimakan api bersama rakyat yang terbunuh, tidak kurang 1.800.000 jiwa manusia tewas. Tammat riwayat Dinasti Abbasiyah dalam pemerintahan Daulah Islamiyah, ditandai dengan hancurnya Baghdad dan terbunuhnya Khalifah terakhir Al-Musta’sim dalam peperangan tragis itu.



Khilafah Islam di Timur (Asia) yang diwakili oleh Bani Abbas, hancur oleh serangan dari sayap Timur (Mongol), sedangkan Khilafah Islam di Barat diwakili oleh Dinasti Umayah yang berpusat di Spanyol (Cordoba), mendapat serangan dahsyat dari pasukan salib (perang salib), yang kisahnya pun cukup menegangkan bulu roma bila dibaca masa kini. Dinasti Umayyah di Spanyol tammat riwayatnya, ketika disintegrasi ummat Islam di Spanyol meningkat, sementara kerajaan-kerajaan Nasrani bersatu pada titik waktu 1230M, mereka dengan cepat dapat menguasai Toledo (ibukota pertama Bani Umayyah di Andalusia). Cordoba (sebagai pusat Islam di Barat) pun jatuh ke tangan orang Nasrani pada tahun 1236. Dan pada tahun 1609, Philip III mengeluarkan undang-undang yang berisi pengusiran semua Muslim dari Spanyol secara paksa. Dengan demikian, pada saat itu secara resmi Islam pupus secara paksa dari bumi Andalusia (yang sejak abad ke-9 s.d. 11 merupakan salah satu pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan dunia di Barat yang mempunyai kedudukan sama dengan Baghdad di Timur), dan Cordoba pun menjadi pudar tinggal kenangan. Dunia Islam mulai menjadi daerah yang dibagi-bagi oleh Barat sebagai daerah jajahan, sebagai kelanjutan perang salib dan eksploitasisumber daya yang dimilikinya.



Dua dinasti besar (Umayyah dan Abbasiyah) telah berkuasa, masing-masing telah menorehkan sejarah kegemilangan dan kesuraman silih berganti hingga memasuki paroh abad ke-13. Dinamika dunia Islam dan kekhilafahannya terus bergerak. Sebelum memasuki babak baru kekhilafahan Islam berikutnya, sejarah mencatat, bahwa satu dinasti yang terkenal dengan Dinasti Mamluk. Nama pemerintahan di dunia Islam yang diberikan oleh kaum Mamluk, yang kekuasaannya berpusat di India (1206-1290) dan di Mesir (1250 – 1517). Dinasti Mamluk lahir melalui perebutan kekuasaan, dinasti yang diawwali oleh basis kepemimpinan militer dan lebih sentralistik dibanding dengan dinasti sebelumnya. Perkembangan Dinasti Mamluk sebagal kekuatan militer tetap diakui dan berpengaruh di dunia Muslim (hingga pertengahan abad ke-19). Dinasti Mamluk berhasil memantapkan tatanan politik wilayahnya yang terus bergejolak selama masa kekuasaannya (267 tahun).



Dinasti yang dikenal sebagai kerajaan Islam (sunni) terbesar karena kekuasaannya meliputi empat kota “suci” (Makkah, Madinah, Jerussalem dan Hebron). Tidak ada kekuatan asing di Eropa atau Asia Barat Daya yang menjadi ancaman nyata bagi kekuasaan Dinasti Mamluk hingga datangnya dekade akhir abad ke-15, ketika keseimbangan kekuasaan internasional berubah secara radikal (ketika dunia Barat mulai memasuki dunia Timur, dan setelah Barat menimba berbagai pengalaman dan ilmu pengetahuan dari Timur Islam).



Invasi Mongol dapat dihancurkan oleh Dinasti Mamluk dan menghentikan impian mereka untuk menguasai Mesir, dua tahun setelah kejatuhan Baghdad (September 1260), pasukan Mamluk dapat menghancurkan tentara Mongol. Kaum Muslimin menyambut hangat pasukan Mamluk. Dan pada perjalanan selanjutnya Suria yang telah dikuasai oleh Mongol, dapat direbut kembali oleh pasukan Mamluk (1303). Di antara 47 Sultan Mamluk yang termasyhur dan membangun Kesultanan dengan baik adalah SultanBaybars (1260-1277). Pemerintahan dibangun dengan baik sehingga kesultanan menjadi kuat. Di bidang politik, diadakan pendekatan terhadap segala lapisan kekuatan yang ada di dalam kesultanannya. Di bidang militer adalah penaklukan dan penguasaan kembali daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh Mongol (Suriah) menyerang pasukan salib di sepanjang pantai Laut Tengah dan kapal-kapal Mongol di Asia Kecil (Anatolia), bidang diplomatik dibangun hubungan dengan pihak-pihak yang bersahabat yang tidak membahayakan kekuasaannya. Di bidang perekonomian dan perdagangan dibangun ke arah yang dapat membawa kemakmuran, dibuka jalur-jalur perdagangan dengan berbagai negara Eropa. Ilmu pengetahuan mengalami kemajuan pesat. Dan tatkala Kesultanan Mamluk mulai lemah dengan beralihnya Mamluk Bahri ke tapuk pimpinan Mamluk Burji yang tidak memiliki kepiawaian mengatur pemerintahan, kecuali militer, maka kesultanan Mamluk direbut oleh Kesultanan Dinasti Usmani di Turki, Mesir di ambil alih dari Mamluk, dan peta kekuasaan Kesultanan/ Khilafah Daulah Islamiyah menjadi berubah.



Bersambung...



0 komentar:

Post a Comment

Berkomentarlah dengan santun