Wednesday, January 11, 2012

Iman Hijrah dan Jihad : Keadaan Nabi Muhammad s.a.w. dengan sahabat Abu Bakar r.a. di gua Tsaur

Demikianlah setelah Nabi Muhammad s.a.w. bertemu dengan sahabat Abu Bakar di tengah jalan, mereka lalu berjalan bersama-sama menuju gunung Tsaur. Di dalam perjalanan itu sahabat sahabat Abu Bakar sebentar berjalan di muka Nabi, sebentar di muka beliau, sebentar lagi di kanan, dan sebentar lagi di kiri beliau, demikianlah sampai berulang-ulang. Oleh sebab itu Nabi s.a.w, bertanya kepadanya :

''Maa hadza yaa Abaa Bakri? Maa a'rafu hadza min fi'lika.''
''Apakah ini Abu Bakar? Aku tidak mengerti akan perbuatanmu ini!''

Sahabat Abu Bakar menjawab :

''Yaa Rasuulullah, adzkururra shada fa akunuu amaamaka. Wa adzkuruth thalaba fa akuunu khalfaka. Wa marrata 'an yamiinika. Wa marrata 'an yasaarik.''

''Ya Rasulullah! Saya ingat akan pengintai, maka saya ada di muka engkau, dan saya ingat akan pencahari, maka saya ada di belakang engkau, dan sekali saja di kanan engkau dan sekali di kiri engkau.''

Waktu itu Nabi Muhammad s.a.w, berjalan kaki dengan kaki telanjang. Dan karena beliau tidak biasa berjalan dengan kaki telanjang, maka dari jauhnya perjalanan malam itu kaki beliau mendapat luka-luka.

Patut diterangkan lebih dulu bahwa gua Tsaur yang di dalamnya terdapat banyak binatang-binatang liar dan buas, dan sering kali di tempati oleh ular-ular yang berbisa. Hal itu telah umum di ketahui oleh orang banyak pada masa itu, sehingga tidak seorangpun berani masuk ke dalamnya. Tetapi Nabi Muhammad s.a.w, beserta sahabat Abu Bakar r.a, dengan hati berani serta tulus dan karena ALLAH semata-mata memasuki gua itu.

Mereka sampai di gunung Tsaur pada waktu larut malam, dimana-mana gelap gulita dan sunyi senyap. Lebih dahulu sahabat Abu Bakar masuk ke dalam gua itu, sedang Nabi masih tinggal di luar. Yang demikian itu di sebabkan oleh cintanya sahabat Abu Bakar kepada beliau. Di dalam gua itu sahabat Abu Bakar membersihkan-bersihkan dalam gua itu, dengan maksud kalau-kalau di dalamnya ada binatang-binatang liar atau ular-ular yang berbisa agar ia sendirilah yang terkena oleh mereka, dan jangan sampai Nabi Muhammad s.a.w, yang terkena. Kesemuanya itu timbul dari perasaannya yang suci, bahwa diri Nabi adalah lebih berharga daripada dirinya sendiri.

Inilah suatu contoh bagi kita bahwa diri seorang penuntun/panutan atau pemimpin itu ada lebih berharga daripada diri seorang yang di tuntun dan di pimpinnya.

Diriwayatkan bahwa ketika sahabat Abu Bakar membersih-bersihkan dalam gua dengan mengambil batu-batu yang ada dalam gua itu satu persatu, maka cara beliau mengambil dan membuangi batu-batu itu adalah dengan lebih dulu mengoyak pakaiannya secarik demi secarik. Karena beliau kuatir kalau-kalau yang di pegangnya akan di lemparkannya itu binatang yang berbisa. Demikianlah sehingga seluruh pakaiannya koyak-koyak. Dan kemudian, setelah pakaiannya habis koyak-koyak sedangkan di dalam gua masih ada batu sedikit besar, maka ia melemparkan batu itu dengan kakinya, dan tiba-tiba kakinya tergigit oleh seekor ular kecil dengan kerasnya, karena ternyata di bawah batu itu ada ular tersebut. Tetapi pada saat itu ia tetap diam. Selanjutnya setelah ia selesai membersih-bersihkan dalam gua itu ia keluar dan mempersilahkan diri Nabi supaya masuk ke dalamnya. Sesudah beliau masuk, di sebabkan oleh capainya beliau segera tertidur di atas pangkuan sahabat Abu Bakar r.a.

Setelah beliau tertidur dengan pulasnya, sedang bekas gigitan ular makin terasa sakitnya oleh Abu Bakar, maka ia sampai mencucurkan air matanya sehingga beberapa tetes air mata itu menitik ke atas muka Nabi. Dengan terkejut beliau bangum dan berkata :

''Mengapa engkau menangis, hai Abu Bakar?''
Ia menjawab : ''Dari gigitan ular, ya Rasulullah.''
Beliau bertanya : ''Oh, mengapa engkau tidak mengatakannya padaku?''
Abu Bakar menjawab : ''Saya takut membangunkan engkau.''

Setelah terbit fajar Nabi memeriksa bengkaknya Abu Bakar lalu ia mengusapnya dengan tangan beliau. Seketika itu juga lenyaplah bengkak itu serta sakitnya. Kemudian Nabi melihat pakaian sahabatnya dan bertanya : ''Mengapa pakaianmu?'l ''Maka sahabat Abu Bakar menceritakan hal-hal yang sebenarnya.

Mendengar ceritera sahabat beliau itu lalu beliau berdo'a kepada ALLAH :

''Allahummaj,al abaa bakri fiidari jatii yaumal qiyaamah''

''Ya ALLAH! Jadikanlah Abu Bakar kelak di hari kiamat pada derajat(pangkat)ku!''

Adapun pada saat itu, setelah kaum Musyrikin Quraisy tidak berhasil mencapai maksudnya, pada hari itu juga kepala-kepala dan ketua-ketua mereka mengadakan rapat luar biasa untul merundingkan bagaimana caranya menangkap Nabi Muhammad s.a.w. Bersamaan dengan itu pemuda-pemuda yang telah bersenjata lengkap hendak membunuh beliau tadi, dengan berkuda mencari-cari di kampung-kampung di segenap penjuru kota Mekah, kalau-kalau mereka dapat menangkap beliau.

Adapun keputusan rapat luar biasa itu pada hari itu adalah dengan secepat mungkin mereka memanggil para ahli pelihat tapak kaki manusia. Mereka lalu mengutus orang-orang yang dapat mengikuti dan menjejaki bekas tapak kaki manusia yang berjalan diatas pasir. Selain dari pada itu mereka memutuskan juga bahwa barang siapa dapat memancung kepala Nabi Muhammad s.a.w, sampai dapat membawanya di muka mereka ia akan mendapat hadiah seratus ekor unta.

Kemudian ahli mengikuti bekas tapak kaki itu mengikuti bekas tapak kaki Nabi dengan di iringkan oleh pemuda-pemuda yang bersenjata lengkap itu tadi dan pula oleh kepala-kepala dan ketua-ketua Quraisy.

Oleh karena mereka telah mengetahui bahwa sahabat Abu Bakar adalah sahqbat Nabi paling rapat, maka mereka menyuruh Abu Jahal ke rumah sahabat Abu Bakar. Sesampainya di sana ia bertanya kepada ahli (keluarga) rumah, kemana Abu Bakar pergi. Yang menemui Abu Jahal adalah Asma'. Dan jawab Asma' dengan berani : ''Saya tidak tahu, kemana ayah pergi.''

Abu Jahal : ''Betul-betul ayahmu pergi?''
Asma' : ''Ya, sungguh ayah pergi.''

''Kemana ia perginya?'' tanya Abu Jahal sambil matanya mengintai-intai ke dalam rumah, kalau-kalau ia melihat orang yang di kejarnya.

Asma tetap berkata : ''Saya tidak tahu, dan yang ada di rumah ialah ibu dan adik saya.''
''Ah, terlalu!'' sungut Abu Jahal sambil menampar muka Asma dengan kerasnya, lalu ia pergi.

Ahli mengikuti tapak kaki itu, setelah menemukan bekas tapak-tapak kaki Nabi dan shabat Abu Bakar, lalu mengikutinya dengan di iringkan oleh mereka itu tadi, hingga sampai ke depan gua Tsaur, dan tiba-tiba bekas-bekas kaki tapak itu berhenti atau putus disana. Kemudian mereka kebingungan, kemana lanjutnya, ke kanankah, atau ke kirikah? Apakah terus masuk ke dalam gua, ataukah naik ke atas gua? Mereka berselisih satu sama lain tentang hal itu.

Kebingungan mereka itu du sebabkan karena sesudah Nabi dan sahabat Abu Bakar masuk ke dalam gua itu maka seketika itu juga Tuhan menyuruh labah-labah yang beribu-ribu banyaknya supaya bersarang dimuka gua Tsaur, dan juga Tuhan menyuruh burung-burung merpati yang liar supaya sama bersarang dan bertelur di tempat tersebut. Oleh sebab itu sudah barang tentu pintu gua Tsaur dan sekitarnya penuh dengan sarang labah-labah di atasnya dan sarang telur merpati di bawahnya.

Seandainya Muhammad dan Abu Bakar masuk ke dalam gua itu sudah barang tentu banyak telur burung merpati itu pecah, sarang-sarangnya kucar-kacir dan sarang-sarang labah-labah itu rusak dan hancur, padahal kelihatan tidak ada satupun telur yang pecah, dan sarang-sarang itu masih penuh di muka gua itu. Ah, tidak boleh jadi Muhammad dan Abu Bakar telah masuk ke dalam gua itu. Lebih-lebih burung-burung merpati itu mesti bubar jika ada orang masuk ke dalam gua itu, sedang kenyataannya mereka masih ada.

Demikianlah perkataan-perkataan dan sangkaan-sangkaan para ahli mengikuti bekas tapak kaki itu. Kemudian para ahli mengikuti tapak kaki itu dan pemuda-pemuda itu tadi timbul perselisihan pendapat, sementara itu di antara ketua dan kepala Quraisy ada yang memanjat naik ke puncak gunung. Dalam pada itu salah seorang dari pemuda-pemuda itu mencoba mengintip ke dalam gua, tetapi baru saja ia mengintip, burung-burung merpati yang sedang ada di luar pintu, bubar lalu terbang. Dengan segera pemuda itu kembali seraya berkata kepada kawan-kawannya : ''Seumpama dalam gua ini ada orangnnya, tentulah burung-burung merpati itu sudah lama bubar, bukan? Sebab saya tahu, saya baru mengintai saja sduah banyak yang terbang.'' Seorang lainnya berkata : ''Kita sekarang perlu mencoba masuk bersama-sama, coba marilah!''

Ummayah bin Khalaf menyahut : ''Mengapa kamu hendak masuk ke dalamnya? Kalau tokh Muhammad telah masuk kedalamnya, tentulah sarang labah-labah itu semuanya telah hancur luluh, bukan? Ya, kalau di dalam gua itu tidak ada binatang-binatang liar dan buas atau ular yang berbisa, dan kalau ada, tentu mencelakakan pada kamu, bukan?

Pendek kata akhirnya mereka kembali dan pulang dengan tangan hampa dan hati yang kesal dan menyesal. Adapun Nabi dan Abu Bakar di dalam gua tesebut, selama itu mendengar dengan jelas percakapan mereka itu dan melihat juga akan rupa orang-orang yang ada di luar, sebagian di atas gua dan sebagian di muka pintu gua. Sedikitpun Nabi tidaklah merasa cemas, khawatir atau takut kepada mereka, karena beliau penuh kepercayaan bahwa ALLAH lah yang akan memberikan pertolongan kepada beliau. Adapun sahabat Abu Bakar ketika mengangkatkan kepalanya ke atas, beliau melihat orang-orang yang sedang di atas gua, maka ia lalu berkata kepada Nabi : ''Jika mereka melihat kakinya ke bawah, atau menundukkan kepalanya ke bawah, tentu dengan sagera melihat kita ada disini bukan?''

Nabi Muhammad berkata : ''Janganlah engkau menyangka bahwa aku ini sendirian bersama engkau, tetapi sesungguhnya Tuhan selalu beserta kita, selamanya Ia melindungi kita. Adapun jika mereka itu nanti jadi masuk ke dalam gua ini dengan jalan melalui pintu gua itu maka nanti kita melepaskan diri melalui ini.'' Beliau berkata sambil menunjukkan jarinya ke sebelah belakang. Padahal sebelah belakang gua itu tidak berpintu atau tertutup rapat-rapat, tetapi setelah Abu Bakar menoleh ke belakang ia melihat bahwa di sebelah belakang gua itu ada berpintu lebar, yang dapat dipergunakan untuk melarikan diri dari pengejaran musuh.

Sesudah itu lenyaplah kekuatiran, kecemasan dan ketakutan sahabat Abu Bakar, dan ia menjadi berkepercayaan bahwa Tuhan pasti memberikan perlindungan secukupnya dan pertolongan selengkapnya, dan ia bertetap hati menghadapkan segenap jiwa raganya kepada Tuhan semata-mata.

Demikianlah mereka para pengepung dan penyerangan itu bubar dan pergi dari tempat tersebut, dan semuanya pulang kembali ke Mekah.

Adapun Nabi s.a.w, dan sahabat Abu Bakar, selama mereka ada di dalam gua Tsaur, adalah di beri bantuan dari luar gua oleh 'Abdullah dan Asma', keduanya putera dan puteri Abu Bakar, serta 'Amir bin Fuhairah, bujang Abu Bakar. Yakni : tiap-tiap petang 'Abdullah pergi ke gua itu dengan membawa bermacam-macam berita dari Mekah, terutama berita-berita yang bersangkutan dengan diri Nabi, dan segala apa yang diperbuat oleh kaum Musyrikin Quraisy, yang demikian ini memang di suruh oleh beliau. Dan pada malam harinya ia bermalam di dekat gunung tersebut, lalu sebelum terbit fajar ia berjalan pulang kembali je Mekah. Kemudian pada siang hari ia bergaul dengan orang-orang Musyrikin di Mekah, dengan mencatat benar-benar semua yang dirundingkan oleh mereka. Maka setelah datang petang hari ia pergi lagi ke gua Tsaur dan di sana menuturkan segala apa yang dengar di Mekah kepada Nabi. Adapun Asma' pada tiap-tiap petang hari mengikut akan saudaranya laki-laki, Abdullah, pergi ke gua Tsaur dengan membawa makanan dari rumah, dan keesokkan harinya pagi-pagi ia pun kembali ke Mekah bersama saudaranya. Adapun 'Amir bin Fuhairah, pada tiap-tiap pagi menggembalakan kambingnya sampai ke gua Tsaur, maka di sana diperasnya air susu kambing yang di gembalanya untuk di minum oleh Nabi dan sahabat Abu Bakar. Dan setiap hampir datang waktu malam ia mengiringkan kambing yang di gembalanya menuju kembali ke Mekah. Selama itu perbuatan-perbuatan ketiga orang itu tidak diketahui sama sekali oleh kaum Musyrikin Quraisy seorangpun. Dan Nabi Muhammad s.a.w, dan sahabat Abu Bakar bersembunyi dalam gua itu sampai tiga hari tiga malam lamanya dengan tidak pernah kekurangan makan dan minum.

2 comments:

  1. Alhmadulillah, ALLAH idzinkan kami postkan berita sejarah hijrah Nabi Muhammad S.A.W,
    semoga kita semua bisa mengambil pelajaran dari kisah Hijrah Nabi Muhammad ini sebagai pelajaran hidup untuk berjihad di jalan Allah dan Rasul-Nya

    ReplyDelete

Berkomentarlah dengan santun