Wednesday, January 4, 2012

Iman Hijrah dan Jihad : Rapat tertutup kepala-kepala kaum Quraisy

Sesudah kepala-kepala dan ketua-ketua kaum Musyrikin Quraisy kehabisan jalan untuk menewaskan jiwa Nabi s.a.w., dan fikiran mereka siang dan malam terus-menerus pusing, maka mereka lalu mengadakan suatu rapat tertutup yang luar biasa. Yang di undang untuk menghadiri rapat itu ialah para kepala dan ketua suku-suku dan qabilah-qabilah dari bangsa Quraisy, serta orang-orang terpandang. Tidak seorangpun di perkenankan turut menghadirinya melainkan orang-orang yang di undang. Jika diantara yang di undang itu tidak dapat datang karena berhalangan, maka ia harus mengirimkan wakilnya yang sangat boleh di percaya. Rapat itu bertempat di ''Darun-Nadwah'' seperti biasanya ; sebab mereka tidak akan memecahkan suatu perkara yang sulit atau merundingkan suatu hal yang penting melainkan di didalam gedung tersebut.


Rapat itu dilangsungkan pada hari Sabtu akhir bulan Shofar tahun ke 13 dari ke-Nabian Nabi s.a.w., dan di kunjungi oleh lebih kurang 100 orang, yang terdiri dari kepala-kepala dari qabilah-qabilah di kota Mekah dan sekelilingnya, dan masing-masing telah berusia lebih dari empat puluh tahun, dan tiada seorangpun yang diundang tak datang melainkan mengutus orang yang dia percaya untuk mewakilinya. Dengan tegas : Tidak ada satupun qabilah atau suku yang di undang tidak di wakili dalam rapat itu, karena mereka telah mengerti bahwa yang akan di perbincangkan dalam rapat itu adalah suatu hal yang amat penting. Dari kepala-kepala suku Quraisy tidak ada yang tidak datang, dan diantaranya ialah dari suku Bani 'Abdi Syamsin, 'Atbah bin Rabiah, dan Syaibah bin Rabiah dari suku Bani Naufal, Harst bin Amir dari suku Bani 'Ady, Thu'aimah bin Muth'im dari suku Bani Abdu-Dar, Nadhar bin Harist dari suku Bani Asad, Abul Bukhtary bin Hisyam dan Zam'ah bin Al-Aswad dari suku Bani Makhzum, Abu Jahal bin Hisyam dari suku Bani Sahmin, Nabih bin Hujjaj dari suku Bani Jumah, Ummayyah bin Khallaf dari suku Bani Umayyah, Abu Sofyan bin Harb dan lain-lainnya, yang kiranya kurang perlu sebut satu persatu. Adapun suku Bani Hasyim dan Bani Muththalib sengaja tidak diundang, karena mereka menyangka atau merasa bahwa Bani Hasyim Dan Bani Muththalib itu tidak akan dapat di ajak bersama-sama memusywaratkan hal-hal yang akan diperbincangkan dalam rapat itu. Kecuali Abu Lahab dari Bani Hasyim, tetapi ia di undang secara perorangan dan bukan atas Nama Bani Hasyim. Adapun yang hendak di perbincangkan dalam rapat ini tidak lain dan tidak bukan ialah bagaimana caranya memusnahkan pergerakan Muhammad dan semangat Islam yang tengah mulai berkobar di seluruh daerah hijaz itu terutama yang telah menyala-nyala di kota Yatsrib (Madinah) itu. Lain tidak.


Sebelum rapat di buka, dengan sekonyong-konyong datanglah seorang orang tua yang nampaknya dari bangsa Najdi di depan pintu gerbang gedung Darun-Nadwah. Oleh karena kelihatan bahwa ia sekali-kali bukan termasuk orang yang di undang, maka segera ia ditegur oleh pemuka-pemuka kaum Quraisy yang sedang duduk-duduk bersama-sama dalam gedung tersebut : ''Siapakah engkau hai orang tua? Siapakah yang menyuruhmu datang masuk kehalaman gedung ini, apdahal tidak dengan idzin kami?''


Orang tua itu menjawab, ''Saya seorang kepala dari Qabilah Najdi dan saya ketua bangsa Najdi. Saya tela mendapati bahwa wajah tuan-tuan adalah sangat manis, dan nama-nama tuan adalah sangat harum semerbak. Saya datang kemari ini adlah hendak mendengarkan permusywaratan tuan-tuan yang mulia dan hebat ini ; sekalipun saya tidak mendapat undangan dari tuan-tuan tetapi saya mengerti maksud tuan-tuan. Maka dari itu, jika tuan-tuan memperkenankan saya masuk, saya hendak masuk dan hendak turut merundingkan segala apa yang hendak tuan-tuan perbincangkan ; dan jika tuan-tuan tidak memperkenankannya, ya, saya, akan pergi dari sini dan kembali. Akan tetapi saya mohon dengan hormat sudilah kiranya tuan-tuan mengidzinkan saya masuk dan turut menghadiri rapat tuan-tuan yang mulia ini. Janganlah tuan-tuan menolak kedatangan saya ini, karena barangkali saja nanti pendapat saya yang saya kemukakan dalam rapat tuan-tuan ini dapat tuan-tuan pakai, bukan?''

Lalu para kepala kaum Quraisy itu berunding sebentar, dalam mana di antaranya ada yang berpendapat : ''Baiklah ia kita terima karena ia bukan orang Yatsrib(Madinah) tetapi dari Najdi. Kalau ia dari Yatsrib(Madinah) lebih baik kita tolak, habis perkara, sebab ia ini sudah pasti seorang pembantu dan penyokong Muhammad.'' dan ada yang berpendapat : ''Orang tua itu agaknya memang betul-betul orang dari najdi, bukan dari Mekah dan bukan pula dari Yatsrib, maka dari itu lebih baik kita terima saja dia.'' sedang Abu Jahal berpendapat : ''Rupa-rupanya orang itu musuh Muhammad, maka baiknya kita terima dan dan jika ia sekiranya dapat kita jadikan sebagai penasehat dalam rapat ini, bolehlah kita tetapkan.'' Akhirnya dengan suara bulat di putuskan bahwa orang tua itu diterima masuk dalam rapat tertutup itu, untuk duduk bersama-sama dengan kepala-kepala Quraisy, serta dijadikan sebagai penasehat. Sesungguhnya orang tua itu ialah Iblis, yang waktu itu merupakan dirinya sebagai seorang manusia. Dengan ini nyatalah bahwa tiap-tiap perbuatan jahat itu pasti di bantu dan di sokong oleh iblis, la'natullahi. Kemudian rapat itu di buka dan di pimpin oleh Abu Jahal. Memang ia adalah seorang yang terkenal mahir berbicara, dan pada saat itu ia seorang yang paling muda, serta ia terkenal seorang yang amat memusuhi Nabi dan Pergerakannya, lagi pula ia keturunan dari seorang kepala Quraisy.

1 comment:

  1. Alhamdulillah masih bisa men-Post kisah ini, semoga kita Paham sejarah sebenarnya dan kenal sebenarnya ttg Masa lalu Pejalanan Nabi dan musuh-musuhnya.

    ReplyDelete

Berkomentarlah dengan santun