Tuesday, January 3, 2012

Iman Hijrah dan Jihad : Kekacauan kaum Musyrikin Quraisy

Setelah kepala-kepala dan ketua kaum Musyrikin Quraisy mengetahui bahwa sebagian dari kaum Muslimin telah berpindah dari Mekkah ke Madinah dengan diam-diam, dengan melihat bahwa tiba-tiba saja telah banyak rumah-rumah kaum Muslimin yang sudah kosong, lambat laun mereka mendengar bahwa kaum Muslimin di Madinah telah berjanji dengan sekokoh-kokohnya kepada Nabi Muhammad s.a.w., bahwa mereka sanggup menolong dan membantu dan menyokong dengan sekuat-kuatnyaa akaan segala hal apa yang sedang di usahakan dan diperjuangkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. Oleh sebab itu mereka merasa dan menginsyafi bahwa semua perbuatan mereka yang pernah di lakukan terhadap diri Nabi dan pengikut-pengikut beliau akan mendapat pembalasan yang sangat hebat dari kaum pengikut beliau dari luar negeri. Dan dalam pada itu mereka lalu mencari-cari jalan untuk berdaya-upaya mencegah adanya pembalasan itu kelak. Dimana-mana, baik di rumah-rumah, atau pun di jalan-jalan dan lain-lainnya, yang mereka perbincangkan tidak lain adalah kekuatiran akan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi kelak dari pada pembalasan pengikut-pengikutnya Nabi Muhammad s.a.w.


Makin lama mereka makin sakit hati dan perasaan mereka makin mendongkol melihat perbuatan-perbuatan Nabi Muhammad s.a.w. dan sekalian pengikut beliau, dan kian hari kemarahan mereka kian naik ke puncaknya serta akal fikiran mereka kian pusing dan kacau, apakah yang hendak mereka perbuat untuk memadamkan dan melenyapkan ruh dan semangaat pergerakan Muhammad. Jalan mana yang perlu ditempuh untuk memecahkan persatuan antara kaum Muslimin di Mekah dan kaum Muslimin di Madinah yang sudah begitu kokoh itu? Mereka dengan tak berhenti-henti terus berdaya-upaya memecahkan soal-soal tersebut.


Akhirnya terpikir oleh mereka itu bahwa tidak ada jalan lain melainkan lebih dulu membinasakan Nabi Muhammad s.a.w. mereka berpikir, bahwa apabila seorang pemimpin sudah musnah, apakah yang akan diperbuat oleh pengikut-pengikutnya.


Sejak itu diri Nabi Muhammad selalu mereka intai-intai siang dan malam, dengan maksud kalau mereka dapat menjumpai beliau di tempat sunyi maka Nabi hendak di bunuh.


Tetapi maksud mereka yang sekejam dan seganas itu tidaj juga tercapai, sehingga mereka tambah naik ke puncaknya. Sedang Nabi Muhammad s.a.w. sendiri waktu itu sama sekali memang belum merasa dan mendengar bahwa kepala-kepala kaum Quraisy hendak berbuat sejahat itu atas diri beliau. Sekalipun beliau telah mengetahuinya, beliau takkan merasa gentar sedikitpun menghadapinya.


Tatkala beliau bertabligh di Mina kepada orang-orang haji dari luar negeri, beliau di lempari-lempari batu dan pasir, di hina dan di caci maki sekeji-kejinya oleh kaum Musyrikin Quraisy, terutama oleh Abu Lahab. Pada saat itu ALLAH menurunkan wahyu kepada beliau yang berbunyi :

''Wallahu ya'simuka minannasi''

,,Demi ALLAH memelihara engkau (Muhammad) dari kejahatan manusia.'' (Al-Maidah ayat 67)


Oleh sebab itu, walaupun beliau menghadapi bahaya yang sangat menngancam keselamatan jiwa beliau, beliau tidaklah sekali-sekali merasa gentar atau takut. Karena beliau yakin bahwa soal hidup dan mati adalah di tangan kekuasaan ALLAH semata-mata.


Nabi dengan tak mundur setapakpun tetap mengerjakan perintah ALLAH, dan tetap pula menyiar-nyiarkannya kepada semua orang, baik yang sudah menjadi kawan maupun yang yang masih menjadi lawan. Dan beliau menyerahkan belaka semua tipu-muslihat musuh kepada ALLAH, karena ALLAH-lah yang Maha Menang.

1 comment:

  1. Alhamdulillah masih diberi umur panjang oleh ALLAH untuk bisa post tentang sejarah kisah Hijrah Nabi Muhammad s.a.w

    ReplyDelete

Berkomentarlah dengan santun