Friday, February 3, 2012

Iman Hijrah dan Jihad : 30 Cara Melunakan Hati

Bismillahir-Rahmanir-Rahim

...Insya Allah kita tidak lalaiakan do’a yang satu ini : “Duhai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah diriku dalam dien-MU (Islam).”
Begitulah, menjaga kondisi hati untuk
senantiasa istiqomah berada di jalan ALLAH
Subhaanahu wa Ta’ala, senantiasa bersih dari
segala kotoran dan lembut dari segala
kekerasan (hati), tidaklah mudah.
Kesibukan dan rutinitas kita yang menguras
tenaga dan pikiran, serta interaksi yang terus
menerus dengan masalah duniawi, jika tidak di
imbangi dengan “makanan-makanan” hati,
terkadang membuat hati menjadi keras, kering,
lalu mati…
Padahal sebagai seorang Mukmin, dalam
melihat berbagai macam persoalan kehidupan,
haruslah dengan mata hati yang jernih.
Untuk itu, beberapa nasehat berikut patut kita
renungi (terkhusus buat diri saya pribadi) dalam
upaya melembutkan hati.
KITA HENDAKNYA SENANTIASA :
1. Takut akan datangnya maut secara tiba-tiba
sebelum kita sempat bertaubat.
2. Takut tidak menunaikan hak-hak ALLAH
secara sempurna. Sesungguhnya hak-hak ALLAH
itu pasti akan dimintai pertanggung jawabannya.
3. Takut tergelincir dari jalan yang lurus, dan
berjalan di atas jalan kemaksiatan dan jalan
syaithan.
4. Takut memandang remeh atas banyaknya
nikmat ALLAH pada diri kita.
5. Takut akan balasan siksa yang disegerakan di
dunia, karena maksiat yang kita lakukan.
6. Takut mengakhiri hidup (mati) dengan su’ul
khatimah.
7. Takut menghadapi sakaratul maut dan
sakitnya sakaratul maut.
8. Takut menghadapi pertanyaan malaikat
Munkar dan Nakir di dalam kubur.
9. Takut akan adzab dan prahara di alam kubur.
10. Takut menghadapi pertanyaan hari Qiyamat
atas dosa besar dan dosa kecil yang kita lakukan.
11. Takut melalui titian (shirath) yang tajam.
Sesungguhnya titian itu lebih halus daripada
rambut dan lebih tajam daripada pedang.
12. Takut dijauhkan dari memandang wajah
ALLAH.
13. Perlu mengetahui tentang dosa dan aib kita.
14. Takut terhadap nikmat ALLAH yang kita
rasakan siang dan malam, sedang kita tidak
bersyukur.
15. Takut tidak diterima amalan-amalan dan
ucapan-ucapan kita.
16. Takut bahwa ALLAH tidak akan menolong
dan membiarkan kita sendiri.
17. Kekhawatiran kita menjadi orang yang
tersingkap aibnya pada hari kematian dan pada
hari timbangan ditegakkan.
18. Hendaknya kita mengembalikan urusan diri
kita, anak-anak, keluarga, suami/isteri dan harta
kita kepada ALLAH Subhaanahu wa Ta’ala. Dan
jangan kita bersandar dalam memperbaiki
urusan ini kecuali hanya kepada ALLAH.
19. Sembunyikanlah amal-amal kita dari riya’ ke
dalam hati, karena terkadang riya’ itu memasuki
hati kita, sedang kita tidak merasakannya. Hasan
Al-Basri rahimahullah pernah berkata kepada
dirinya sendiri.
“Berbicaralah engkau wahai diri, dengan ucapan
orang shaleh, yang qana’ah lagi ahli ibadah. Dan
janganlah engkau melaksanakan amal orang
fasik dan riya’. Demi ALLAH, ini bukan sifat
orang mukhlis.”
20. Jika kita ingin sampai pada derajat ikhlas
maka hendaknya akhlak kita seperti akhlak
seorang bayi yang tidak peduli orang yang
memujinya atau membencinya.
21. Hendaknya kita memiliki sifat cemburu
ketika larangan-larangan ALLAH diremehkan.
22. Ketahuilah bahwa amal shaleh dengan
sedikit dosa jauh lebih disukai ALLAH, daripada
amal shaleh yang banyak tetapi dengan dosa
yang banyak pula.
23. Ingatlah setiap kita sakit bahwa kita telah
istirahat dari dunia dan akan menuju akhirat,
dan akan menemui ALLAH dengan amalan yang
buruk.
24. Hendaknya ketakutan pada ALLAH menjadi
jalan kita menuju ALLAH selama kita sehat.
25. Setiap kita mendengar kematian seseorang
maka perbanyaklah mengambil pelajaran dan
nasihat. Dan jika kita menyaksikan jenazah,
maka khayalkanlah bahwa kita yang sedang
diusung.
26. Hati-hatilah menjadi orang yang mengatakan
bahwa ALLAH menjamin rezeki kita sedang
hatinya tidak tenteram kecuali sesuatu yang ia
kumpul-kumpulkan. Dan menyatakan
sesungguhnya akhirat itu lebih baik dari dunia,
sedang kita tetap mengumpul-ngumpulkan harta
dan tidak menginfakkannya sedikit pun. Dan
mengatakan bahwa kita pasti mati padahal dia
tidak pernah ingat mati.
27. Lihatlah dunia dengan pandangan i’tibar
(pelajaran) bukan dengan pandangan mahabbah
(kecintaan) kepadanya dan sibuk dengan
perhiasannya.
28. Ingatlah bahwa kita sangat tidak kuat
menghadapi cobaan dunia. Lantas apakah kita
sanggup menghadapi panasnya Jahannam?
29. Di antara akhlak sesama mukmin (wal
mukminah) adalah saling nasehat-menasehati
antar sesamanya.
30. Jika kita melihat orang yang lebih “besar”
dari kita, maka muliakanlah dia dan katakan
kepadanya, “Anda telah mendahului saya di
dalam Islam dan amal shaleh, maka anda jauh
lebih baik di sisi ALLAH. Anda keluar ke dunia
setelah saya, maka anda lebih sedikit dosanya
dari saya dan anda lebih baik dari saya di sisi
ALLAH.
“….ALLAH mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
dan sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya.” (QS. Asy-Syam [91]: 8, 9, 10).
Sungguh beruntung bagi siapapun yang mampu
menata qalbunya menjadi bening, jernih,
bersih, dan selamat.
Sungguh berbahagia dan mengesankan bagi
siapapun sekiranya memiliki qalbu yang tertata,
terpelihara, dan terawat dengan sebaik-baiknya.
Karena selain senantiasa merasakan kelapangan,
ketenangan, ketenteraman, kesejukan, dan
indahnya hidup di dunia ini, pancaran
kebeningan hati pun akan tersemburat pula dari
indahnya setiap aktivitas yang dilakukan.
Orang yang bersih hati itu, luar biasa nikmatnya,
luar biasa bahagianya, dan luar biasa mulianya.
Tidak hanya di dunia ini, tapi juga di akhirat
kelak.
“Dan sesungguhnya ALLAH menyukai orang-
orang yang bersih. Hai orang-orang yang
beriman bertakwalah kepada ALLAH, dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang
benar.” (QS. At-Taubah [9]: 108&119)
o
Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-
Nya ...Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika
menurut sahabat note ini bermanfaat ....
#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA
ILAHI#------------------------------------------------....
Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma
Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta
Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik ....

0 komentar:

Post a Comment

Berkomentarlah dengan santun