Monday, February 13, 2012

Iman Hijrah dan Jihad : Pergantian iklim kota Madinah

Diriwayatkan bahwa kota Madinah itu mulanya terkenal dengan nama kota ''Yatsrib.'' Adapun sebab kota itu ialah seorang yang bernama ''Yatsrib bin Mahla'il'' demikian menurut keterangan Ibnu Khaldun, seorang alim akhli yang masyhur di seluruh dunia. Dalam kita mukadimah tarikhnya. Yatsrib itu keturunan dari raja-raja Amaliqah, yang waktu itu berkuasa disana. Kemudian lama-kelamaan mereka di kalahkan oleh Israil ialah kaum Yahudi yang melarikan diri karena di serang dan di kejar-kejar oleh orang-orang babylon, orang-orang Yunani dan orang-orang Roma. Dan dengan singkat kota Yatsrib lalu di kuasai oleh mereka kaum Yahudi. Jadi nama ''Yatsrib'' itu adalah nama seorang raja dari keturunan Arab Amaliqah yang pernah memegang tampuk kekuasaan di kota Madinah.

Setelah Nabi Muhammad s.a.w. hijrah ke kota Yatsrib itu di ganti dengan nama ''Madinah'' oleh Nabi sendiri.

Dan di riwayatkan bahwa waktu itu kota Madinah adalah suatu kota yang iklimnya sangat panas, dan panasnya itu melebihi panasnya kota Mekah. Oleh sebab itu, karena mengalami pergantian iklim di sebabkan pindah di tempat yang baru, sudah barang tentu di antaraa sahabat-sahabat Muhajirin banyak yang merasa tidak tahan sehingga banyak di antara sahabat Muhajirin yang merasa tidak tahan dan diantara mereka jatuh sakit.

Pada saat itu di antara kaum Muhajirin yang jatuh sakit panas ialah sahabat Abu Bakar r.a., Bilal, Amr bin Fuhairah. Dan saat sakit panas, diriwayatkan sahabat Abu Bakar mengeluh sambil berkata dengan berpantun, yang bunyinya :

''Kullamri in mushabbahu fi ahlih. Wal mautu adna min syiraki na'lih.''
''Tiap-tiap orang itu pagi harinya pada ahlinya, dan mati itu lebih dekat dari pada tali sepatunya.''

Sahabat Bilal apabila menderita sakit panas ia tetap diam, tidak suka berkata apa-apa, tetapi bilamana penyakitnya hilang, ia menangis dengan suara keras sambil berkata secara berpantun juga yang bunyinya :

''Alaa laita siqriihal abiitanna lailah, biwaadin wahauli idzkhir wa jaliil, wahal aridan yauman miyaahu majinnah, wahal yabduuna lii syamah wa thafiil.''
''apakah kiranya aku dapat berjalan di malam hari, di lembah yang di sekelilingku ada pohon-pohon idzikhir dan jalil? Dan apakah aku pada suatu hari dapat sampai ke tempat air Majinnah, dan apakah aku dapat melihat gunung Syamah dan gunung Thafil?''

''Allahummal'an syaibatabna rabiiah, wa 'utbatana rabiah, wa umayyatabna khalafin, kamaa akrajuna min ardhinaa ila ardhal wabai.''
''Ya ALLAH! Kutuklah Syaibah, dan Utbah bin Rabi'ah, dan Umayyah bin Khalaf, karena telah mengusir kita dari tanah air kita ketanah berpenyakit ini.''

Sedangkan sahabat Amir bin Fuhairah r.a. Jika menderita sakit panas lalu mengeluh sambil bersyair yang bunyinya :
''sungguh aku mendapati mati sebelum merasakannya, bahwasanya penakut itu mati di atasnya. Tiap-tiap orang itu bersungguh-sungguh dengan kekuatannya, seperti lembu memanaskan kulitnya dengan tanduknya.''

Demikianlah keadaan kaum Muslimin apablia menderita sakit panas semua mengeluh dengan mengucapkan berbagai ucapan. Oleh sebab itu maka Nabi Muhammad s.a.w. memohon kepada ALLAH, antara lain bunyinya:

''Allahumma habbab ilainal madinah kahubana makkah au asyad. Allahumma bariklana fiishaa'inaa muddana wa shahhahnaalana wanqul hummahaa ilal juhfah!''
''Ya ALLAH ! Cintakanlah kota Madinah kepada kita seperti kita cinta kita kepada kota Mekah atau lebih sangat! Ya ALLAH ! Berilah berkah kepada Sha' kita dan mud kita, dan sehatkanlah kota Madinah ini untuk kita dan pindahkanlah panasnya ke dusun Juhfah!

Oleh ALLAH s.w.t. permohonan Nabi itu dengan segera di kabulkan dan iklim kota Madinah yang sangat panas itu lalu pindah ke dusun Juhfah, yang letaknya 82 mil dari Mekah.

1 comment:

Berkomentarlah dengan santun