Thursday, February 16, 2012

Iman Hijrah dan Jihad : Kemajuan Islam dan Kaum Muslimin di Kota Madinah

Di atas telah kami riwayatkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. telah dibina persatuan dan persaudaraan antara para sahabat Muhajirin dan Anshar. Persatuan dan persaudaraan antara para sahabat Muhajirin itu makin hari makin erat, bertambah lama bertambah kokoh. Demikianlah tiap seorang Muhajair bersaudara dengan seorang Anshar.

Dalam pada itu, tiap seorang Anshar mengajak saudaranya seorang Muhajir supaya bertempat tinggal di rumahnya, menyerahkan separuh dari halaman rumahnya, sepruh dari barang-barang kepunyaannya, separuh dari binatang-binatang ternaaknya, serta separuh harta bendanya kepada saudaranya seorang Muhajir itu. Dan ada pula seorang sahabat Anshar yang telah mempunyai istri lebih dari seorang, lalu salah seorang dari pada mereka di cerainya, dan sesudah habis masa idahnya di suruh menikah dengan saudaranya seorang Muhajir. Persaudaraan semacam ini makin hari makin makin kokoh, sehingga mengalahkan atau melebihi persaudaraan antara orang-orang yang seibu dan sebapak. Sebagai bukti, pada waktu itu apablia seorang Anshar meninggal dunia, maka segala barang dan harta peninggalannya tidaklah di warisi oleh para anggota keluarganya, melainkan di warisi oleh saudaranya yang seagama dan sependirian. Hal demikian itu sampai berjalan bertahun-tahun, hingga akhirnya hal itu di rubah oleh ALLAH. Tentang riwayat perubahannya kelak akan kami paparkan seperlunya.

Terutama tentang diri orang-orang dari golongan Aus dan golongan Khazraj, yang telah berabad-abad lamanya selalu bermusuhan, sesudah mereka memeluk Islam, lenyaplah dengan sendirinya semua rasa permusuhan yang lama itu dari dada mereka masing-masing. Pendek kata persaudaraan kaum Muslimin pada masa itu sangat bulat dan hebatlah adanya. Dan dengan ada-nya persatuan dan persaudaraan yang begitu hebat dan mengagumkan itu maka tertampaklah kemajuan Islam, berseri-serilah cahaya Islam dan berkibarlah bendera Islam di segenap penjuru kota Madinah, hal inilah yang dituju dan di maksudkan oleh firman ALLAH yanag bunyinya :

''Wallafa baina quluu bihim, lau anfaqat maa fiil ardhi jamii'aa mal-lafta baina quluu bihim, walakinnallaha allafa bainahum innahu 'azizun hakiim.''
''Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (Kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi ALLAH telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijakasana.''

Oleh para ahli tafsir diterangkan bahwa turunnya ayat ini adalah berkenan juga dengan adanya persaudaraan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Jadi ayat itu berarti bahwa yang menghimpun atau mempersatukan hati-hati mereka itu adalah TUHAN sendiri, disebabkan oleh tauhid dan iman mereka kepada ALLAH. Dan andaikata Nabi Muhammad s.a.w. mengurbankan seluruh harta-benda yang terdapat di muka bumi ini untuk menghimpun dan mempersatukan mereka itu, selama mereka belum bertauhid dan beriman sungguh-sungguh kepada ALLAH, selama itu pula tidak akan mereka itu dapat bersatu dan tidak akan hati-hati mereka itu menjadi terhimpun seerat-eratnya. Dengan adanya tauhid dan iman mereka kepada ALLAH itulah maka dengan sendirinya mereka menjadi bersatu dan hati-hati mereka menjadi terhimpun. Artinya, ALLAH-lah yanag mempersatukan mereka itu.

Riwayat sesingkat ini cukuplah menjadi petunjuk bagi kita umat Islam bahwa dengan adanya tauhid dan iman mereka kepada ALLAH. persatuan bangsa dan umat akan lekas terwujud, dan dengan adanya persatuan yang suci dan tulus ikhlas maka golongan yang hendak memusuhi akan merasa cemas dan lemah dengan sendirinya. Sebab persatuan yang suci dan tulus ikhlas dapat menimbulkan keyakinan pada diri mereka masing-masing bahwa dari mereka masing-masing adalah hamba-hamba ALLAH semata-mata, masing-masing mempunyai kewajiban yang sama. Maka dengan adanya persatuan semacam itulah maka waktu itu Islam memperoleh kemajuan yang amat pesat.

0 komentar:

Post a Comment

Berkomentarlah dengan santun